Malam sudah larut.
Langit sudah tidak bercahaya, tidak berbintang yang berkedip. Udara masih dingin sebab masih musim gugur. Di jalan yang sangat sepi tiba-tiba ada bayang-an orang berkelebat. Dia berhenti sebentar di sudut yang gelap, melihat ke kiri dan ke kanan, seperti seekor kucing dia meloncat ke atas atap! Dia seperti segumpal asap masuk ke dalam rumah itu, dari sinar lampion yang redup, bisa terlihat beberapa huruf tertulis di atas lampion itu ‘Penginapan Jit-kai’.
Orang yang berjalan di malam hari ini seperti sangat hafal dengan penginapan ini. Setelah melewati dinding, dia tidak berhenti sama sekali terus melewati 3 jejer kamar tamu. Dia sangat hafal jalannya, terus berjalan ke kamar sebelah kiri, setelah sampai di sana gerakannya terlihat lebih ringan dan pelan-pelan, seperti takut mengejutkan orang yang ada di dalam kamar. Di depan ranjang ada tirai berwarna kuning muda, tirai setengah tertutup. Dari sisi meja bisa melihat tubuh gadis itu, melihat punggung dan dadanya yang bergerak teratur bernafas dengan tenang.
Dengan nafas memburu orang itu berjalan mendekati ranjang, tidak lupa dia menutup jendela dulu sebelum bergegas ke depan ranjang.
Dia berdiri di depan ranjang, membuka tirai yang setengah tertutup kemudian dengan rakus melihat gadis yang sedang tertidur dengan miring. Sesudah puas melihat, baru dengan hati-hati seperti memegang sebuah benda mahal membalikkan tubuh gadis itu menjadi telentang posisinya.
Cahaya di dalam kamar memang terlalu gelap, tapi masih bisa menyinari wajah gadis yang sedang tertidur itu. Wajahnya yang sangat cantik dengan alis melengkung, bulu mata panjang, hidung kecil dan mancung, bibir kecil yang merah dan basah. Semua ini begitu serasi terpasang di wajah yang berbentuk oval, wajahnya putih bersih, sekarang tiba-tiba ada rona kemerahan, semakin dilihat gadis itu semakin cantik. Benar-benar menggoda orang itu, hampir-hampir air liurnya menetes keluar!
Gadis itu tertidur lelap, seharusnya seorang gadis jangan tertidur seperti itu. Dia memakai baju tidur dari sutra putih yang indah, selimut tipis sudah tersibak ke sisi, maka terlihatlah sepasang tangannya yang putih seperti giok putih, kulitnya begitu licin dan lembut, bila diperas mungkin akan keluar air!
Harum bunga memenuhi kamar itu, bercampur dengan harum yang keluar dari tubuh gadis itu, menjadikan sebuah kekuatan yang menggoda. Meng-goda birahi orang itu.
Dia seperti seekor binatang kelaparan, dengan mata merah, mulut menganga, otot di wajahnya terus berkedut-kedut, tubuhnya pun ikut berputar, akhirnya dia seperti orang gila, mulai merobek baju tidur dan baju dalam gadis itu.
Sekarang gadis ini sudah telanjang bulat, tubuhnya yang indah dan lembut mulai terlihat, benar-benar sangat menggoda!
Pelan-pelan gadis itu membuka matanya lagi, sepasang mata itu terlihat begitu indah, seperti mata kucing yang indah, sorot mata gadis itu melihat tubuh-nya yang telanjang. Kemudian melihat Sie Kun yang berdiri di depan ranjang, yang membuat orang merasa aneh adalah sekarang sorot mata gadis itu begitu dingin dan tenang!
Sie Kun dengan senang menggosok-gosok kedua tangannya, dia maju selangkah dan tertawa sinis, dengan nada cabul berkata:
”Nona cantik, perjalananmu sangat sepi, udara malam begitu dingin, aku yang tidak berguna ini datang untuk memperkenalkan diri, aku sengaja datang untuk menemani Nona dan menghabiskan malam yang….”
Gadis itu melotot, sorot matanya yang dingin berubah menjadi sorot benci, dari tenang berubah menjadi kejam, dia tetap diam, tapi semua giginya menggigit bibirnya dalam-dalam!
Sie Kun menelan ludah lagi, dengan nada cabul dia berkata lagi:
”Ketahuilah kau sudah terkena obatku yang bernama ‘Ih-coan-hiang’ kau akan tertidur pulas selama 6 jam baru bisa sadar, apa pun bisa kuperbuat saat kau tertidur nyenyak, tapi itu tidak seru, karena kau tertidur nyenyak, kau tidak akan merasakan apa-apa dan membiarkanku melakukan apa saja terhadapmu, aku tidak suka menikmati tubuhmu dengan cara ini, selain itu Nona juga tidak bisa menikmatinya, jadi lebih baik kau dalam keadaan sadar kemudian berharap aku melakukan hal ini, Nona harus setuju dan tidak terpaksa, dengan begitu kita bisa saling menikmati dan merasa nyaman…”
Dengan mata penuh dengan urat-urat merah, cakar setan Sie Kun mulai meraba-raba pundak gadis itu:
”Aku sengaja membangunkanmu dengan obat penawarku, supaya kau tidak menyalahkan aku egois karena hanya menikmatinya sendiri…”
Pundak kirinya terus diraba-rana oleh tangan setannya, tubuh gadis itu seperti tersengat aliran listrik terus bergetar, dia juga ingin muntah seperti ada benda kotor yang menempel di tubuhnya!
”Singkirkan tangan kotormu!” gadis itu tiba-tiba membuka suara.
“Apa! Mengapa kau tidak mau?” Sie Kun ter-paku, dia menarik kembali tangannya, dia pun seperti merasa aneh
Dari matanya yang indah keluar sorot sedih dan terhina, tapi gadis itu tetap menahan diri, dengan dingin dan kejam dia bekata:
”Kau benar-benar berani, kau benar-benar buta, dengan cara kerdil berani memperlakukan aku seperti ini, seharusnya kata-kata kotor tidak keluar dari mulut manusia seperti aku, binatang, anjing, setan! Aku akan membuatmu mati dan mayatmu digiling!”
Kemarahan gadis itu sudah meluap sampai batasnya, hingga Sie Kun pun menjadi panas, dia menggerung dengan sinis berkata:
”Kau... kau… kau… benar-benar tidak tahu diri, berani memarahiku, sekarang aku akan mempermain-kanmu, apa kau bisa melarangku?”
Lalu dia duduk di ranjang mulai membuka bajunya.
Gadis itu ingin bergerak tapi tidak bisa, ber-teriak pun tidak diijinkan, dia mulai berkata:
”Kau.. anjing, kalau kau berani menyentuhku!”
”Siapa dirimu? Kata Sie Kun dengan senang, “mengapa aku tidak berani menyentuhmu? Coba lihat apakah aku berani melakukannya?”
Kedua mata gadis itu berlinang air mata, bibir-nya sudah berdarah karena digigit dengan kencang, darah memenuhi pipi, dengan penuh kebencian dia masih berkata:
”Anjing! Aku adalah anak angkat ‘Ciam-tai Yu-li’ dari ‘Liok-sun-lou’, kalau kau berani menyentuhku, ayah angkatku akan membunuhmu dan memotong-motong mayatmu!”
Itulah sekelumit gambaran awal dr cerita karangan Liu Can Yang. Cerita dibuka dengan usaha “serigala setan” Sie Kun yang ingin memperkosa Sui Peng Sim, putri angkat Ciam Tai Yu Li ketua Liok Sun Lou. Untunglah usaha ini digagalkan oleh Wie Long In, Siauya dari Bu Hwe To. Tetapi bukannya berterima kasih, Sui Peng Sim pada mulanya malah merasa sakit hati dan terhina oleh Wie Long In. Cerita kemudian berkembang dengan suasana persaingan diantara 4 kubu kekuatan yang paling berpengaruh di dunia persilatan untuk memperebutkan posisi Beng Cu. Ke empat kubu itu adalah Bu Hwe To, Liok Sun Lou, Ci Leng Kiong, dan Hong Ting Po. Masing masing kubu masih mempunyai sekutu kuatnya masing masing. Cerita mengalir terus dengan berbagai macam taktik dan strategi dari masing masing kubu supaya dapat bertahan dari serangan lainnya dan di bumbui juga dengan naik turunnya hubungan Wie Long In dan Sui Peng Sim. Disadur oleh Liang YL, terdiri dari 4 jilid dengan 1232 halaman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Guntur Perak"
Posting Komentar