Karya: Sim M
Terbitan/Saduran: Adhi (SeeYan TjinDjin)
Halilintar memecah di langit yang berwarna kelam abu-abu dan menghantam bumi!
Getaran bunyi halilintar yang mengelegar-gelegar dahsyat bergentayangan dicelah-celah lembah gunung lama sekali hilangnya.
Kilatan cahaya yang datangnya hanya sekilas, menerangi tiga macam barang yang membuat orang miris, diatas bukit tunggal yang menyerupai kepala botak dewa Lohan. Golok panjang yang putus, Pedang yang patah, Busur panah yang cacad.
Golok panjang yang putus, hanya menyisakan bagian kira-kira dua cun dari ujung goloknya, tetapi diatas puncak menusuk tanah batu yang kerasnya bagaikan emas dan besi diatas, ekor pitanya berwarna merah darah mencolok berkibar di terpa angin, gagang golok tersebut berbeda dengan yang lain, besarnya sama dengan jari tangan anak-anak, kelihatan terbuat dari bahan yang empuk, sekarang berdiri dengan tegak.
Pedang yang patah, tergeletak di tempat tidak jauh dari golok panjang yang putus, ujung pedang yang telah patah setengah, entah dimana bagian patahannya? Dalam kilatan halilintar, gagang pedang itu mengeluar-kan cahaya ke sekeliling tempat itu, sekali pandang sudah dapat diketahui gagang pedang itu telah tertanam banyak batu perhiasan.
Busur panah yang cacad, tergantung di pinggir tebing tidak jauh dari golok putus, pedang patah, sepertinya hampir jatuh ke bawah jurang, sebetulnya, sebagian busurnya sudah terbenam di celah batu, kokoh tidak dapat dicabut lagi, punggung busurnya terbuat dari giok putih, tali busurnya sudah hilang, sehingga disebut busur panah yang cacad.
Kilat dan halilintar sudah berlalu, dari jurang yang sangat dalam timbul angin yang sangat dingin, dan mendadak suara rintik-rintik hujan turun dari langit yang lusuh!
Apakah langit turut bersedih atas sisa pertarung-an di puncak bukit tunggal ini? meneteskan air mata kasihan pada golok panjang yang putus, pedang yang patah dan busur panah yang cacad.
Apa betul? Atau bukan?
Getaran bunyi halilintar yang mengelegar-gelegar dahsyat bergentayangan dicelah-celah lembah gunung lama sekali hilangnya.
Kilatan cahaya yang datangnya hanya sekilas, menerangi tiga macam barang yang membuat orang miris, diatas bukit tunggal yang menyerupai kepala botak dewa Lohan. Golok panjang yang putus, Pedang yang patah, Busur panah yang cacad.
Golok panjang yang putus, hanya menyisakan bagian kira-kira dua cun dari ujung goloknya, tetapi diatas puncak menusuk tanah batu yang kerasnya bagaikan emas dan besi diatas, ekor pitanya berwarna merah darah mencolok berkibar di terpa angin, gagang golok tersebut berbeda dengan yang lain, besarnya sama dengan jari tangan anak-anak, kelihatan terbuat dari bahan yang empuk, sekarang berdiri dengan tegak.
Pedang yang patah, tergeletak di tempat tidak jauh dari golok panjang yang putus, ujung pedang yang telah patah setengah, entah dimana bagian patahannya? Dalam kilatan halilintar, gagang pedang itu mengeluar-kan cahaya ke sekeliling tempat itu, sekali pandang sudah dapat diketahui gagang pedang itu telah tertanam banyak batu perhiasan.
Busur panah yang cacad, tergantung di pinggir tebing tidak jauh dari golok putus, pedang patah, sepertinya hampir jatuh ke bawah jurang, sebetulnya, sebagian busurnya sudah terbenam di celah batu, kokoh tidak dapat dicabut lagi, punggung busurnya terbuat dari giok putih, tali busurnya sudah hilang, sehingga disebut busur panah yang cacad.
Kilat dan halilintar sudah berlalu, dari jurang yang sangat dalam timbul angin yang sangat dingin, dan mendadak suara rintik-rintik hujan turun dari langit yang lusuh!
Apakah langit turut bersedih atas sisa pertarung-an di puncak bukit tunggal ini? meneteskan air mata kasihan pada golok panjang yang putus, pedang yang patah dan busur panah yang cacad.
Apa betul? Atau bukan?
0 Response to "Legenda Golok Halilintar"
Posting Komentar