Pedang Bayangan Panji Sakti

Daftar Isi
( Lanjutan dari : JALA PEDANG JARING SUTRA )

BAB 1

Siapakah dia itu?
Ada sebagian orang mengatakan bahwa dia adalah pendekar pedang nomor satu, tapi sebagian lagi hanya menganggapnya pendekar pedang nomor tiga.
Tetapi siapa yang peduli diurutan mana dia sebenarnya. Pada saat dia muncul, dunia persilatan telah dibuatnya gempar.
“Dalam 20 tahun belakangan ini, belum pernah ada pendekar pedang yang menyamai kepandaiannya!” “Wan Shi Tong” adalah julukannya di dalam dunia persilatan yang diberikan kepadanya, yang berarti mempunyai kelihaian untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan. Julukan ini sangat cocok disandang olehnya, tak ada orang yang meragukan julukan itu.
Dia mempunyai kepandaian silat yang luar biasa, hanya dalam satu jurus saja sudah membuat dia disegani dan dikagumi orang-orang.
20 tahun silam, dia pernah bertanding pedang dengan lima tetua(Tianglo) perguruan Wu Dang (Bu Tong). Lima tetua ini berilmu silat tinggi dan hebat sekalipun dia tidak mengalahkannya dengan kemenangan mutlak. Waktu itu dia baru berumur 20 tahun. Ilmu pedangnya telah mengalahkan kelima tetua Wu, malah telah melukai mereka .
Tak lama setelah pertandingan pedang tersebut, dia pun menghilang tanpa jejak, tetapi nama Qi Le Ming, telah menjadi begitu terkena bahkan disegani pesilat manapun didunia persilatan.
Qi Le Ming adalah Qi Le Ming, di bawah kolong langit hanya ada satu nama Qi Le Ming, tidak usah memberikan julukan tambahan apalagi buat nama yang satu ini.
Dengan segala kehebatannya tidak ada lagi yang perlu diceritakan lebih panjang. Tapi sekarang… dia telah menjadi seorang yang untuk bisa berjalan pun sudah sangat susah, penglihatannya sudah tidak jelas lagi, dia sekarang merasa lelah, lemas, letih dan tidak bersemangat. Bahkan kini untuk melakukan pekerjaan apapun, termasuk berjalan di tepi Danau Shen Cha Hai (danau buatan di Bei Jing) dia memerlukan seorang wanita untuk membantunya berjalan.
Lalu siapakah wanita itu? Istrinyakah? kekasihnyakah?
Dapat dibilang iya, dapat dibilang tidak. Mereka berdua kelihatan seperti suami istri, tetapi kenyataannya tidak. Mereka berdua sekarang saling tolong menolong dalam melewati sisa kehidupan, namun tak dapat dipungkiri bahwa di dalam hatinya Qi masih terkenang pada istri lamanya.
Wanita yang sekarang mendampinginya dahulunya adalah seorang wanita yang berasal dari keluarga kaya dan ternama, di dalam dunia persilatan namanya disebut Mu Juan Juan, orang orang memberikan julukan Yin Hu (Rase Perak), sebuah nama yang tidak begitu sedap kedengarannya.
Mu Juan Juan telah mengunakan keahliannya memusnahkan ilmu silat Qi Le Ming. Pada saat sekarang.. dia tidak tahu apakah dia menjadi menyesal atau sengaja ingin memberikan kepada Qi Le Ming sebuah ketenangan hidup, dengan suaranya yang rendah dia bertanya “Qi Le Ming, apakah kau masih menyalahkanku?”
Qi Le Ming hanya bisa tertawa kecut mendengar pertanyaan tersebut, tidak ada lagi yang dapat dia katakan. Hatinya sudah beku bagaikan sebatang kayu. Tidak bisa lagi bagi Qi Le Ming untuk memikirkan tentang hal-hal yang sudah terjadi tersebut.
Mu merasa ada sedikit sedih dan menyesal juga, telah membuat Qi Le Ming kehilangan ilmu silatnya.

Tepi danau Shen Cha Hai sangat indah………, airnya tenang seperti kaca memantulkan bayangan jembatan sehingga tampak seperti sebuah pelangi penghubung danau, ditambah lagi oleh pohon rindang yang menambah kesejukan danau tersebut, akan tetapi apalah artinya bagi Qi Le Ming, hatinya sekarang sama sekali tidak dapat merasakannya.
Di danau ini pula ada tersimpan kenangannya 20 tahun silam, dimana dia bersama Zhuang Ying Nan (istrinya) sedang berjalan bersama sama di tepian danau ini, dan sekarang Zhuang Ying Nan telah menjadi istri pendekar Chu Qing Song dari Yang Zhou.
Budi atau dendam? Sulit dipisahkn seperti khayalan ataupun kenyataan. Di satu sudut hati Qi Le Ming masih tersimpan bayangan Zhuang Ying Nan, akan tetapi sekarang yang ada di depan matanya adalah Mu Juan Juan, yang telah membaktikan seluruh hidupnya kepadanya. Siapakah yang sebetulnya benar-benar dicintai Qi Le Ming?
Dahulu Qi Le Ming adalah pendekar nomor satu di dunia persilatan namun kini dia telah menjadi manusia lemah yang tidak berdaya.
Mungkin masa lalunya hanya dapat dijadikan sebuah mimpi saja. Tetapi budi, dendam, kenyataan , khayalan, entah bagaimana harus dipisahkannya?
Mu Juan Juan dengan lembut berkata kepadanya, “Sebenarnya adalah suatu keberuntungan yang amat sangat bagiku dapat melayanimu, kini engkau dapat menghabiskan sisa waktu hidupmu dengan tenang tanpa harus berkecimpung lagi di dalam dunia persilatan yang semerawut, bukankah hal itu lebih baik daripada menghabiskan waktu dengan ketegangan dan keruwetan dunia persilatan?”
Kata kata itu adalah ungkapan hati seorang wanita yang bernama Mu Juan Juan, keinginannya adalah bila dia dapat melayani Qi, dia telah memdapat kepuasan hati, memang Qi Le Ming bukanlah seorang laki-laki yang gampang dia miliki sepenuhnya, jadi hanya dengan memusnahkan ilmu silatnya, baru membuat Qi Le Ming tidak bisa lagi lepas darinya.
Waktu kian berlalu, bunga-bunga yang berguguran bersemi kembali, ada pertemuan dan perpisahan, budi dendam pun sulit diselesaikan. Qi Le Ming dengan tertawa kecutnya berkata,”Juan Juan kini hatimu boleh menjadi tenang, semoga semua yang kau inginkan menjadi sebuah kenyataan.


Lima Tetua Membalas Dendam

Sayangnya masih ada orang-orang yang tidak membiarkan Qi Le Ming menghabiskan sisa hidupnya dengan bahagia dan tenang, tidak lama kemudian setelah Mu Juan Juan mengungkapkan isi hatinya, datanglah orang-orang yang tidak ingin membiarkan dia hidup dengan tenang.
Mereka yang datang adalah lima orang pendekar, yang berpakaian hitam.
Qi Le Ming mengenal empat orang diantara nya, mereka adalah lima tetua aliran Wu Dang, yaitu Yu Zhen Zi, Yu Xuan Zi, Yu Dong Zi dan Yu Xu Zi. Ada satu lagi pendekar muda adalah yang belum pernah dia temui, tetapi bagaimanapun dia adalah orang-orang yang datang bersama Yu Zhen Zi dan lainnya, dengan sendirinya pasti juga pasti orang dari aliran Wu Dang.
Yu Xu Zi berjalan paling depan.
Dia berdiri di depan Qi Le Ming, matanya penuh dengan amarah dan dendam.
“Qi Le Ming, dulu aku telah terkena racun jarummu, tapi ternyata masih dapat kembali ke sini dengan hidup, dan bisa mencarimu untuk membalas dendam, tidak terpikirkan olehmu bukan?” kata Yu Xu Zi.
Qi Le Ming berkata dengan datar, “Aku dapat merasakannya, karena aku tahu Chu Tian Shu telah memberimu obat penawarnya. Tetapi kelihatannya engkau masih belum tahu, sebenarnya aku waktu itu dapat membunuh Chu Tian Shu, dengan membunuh Chu Tian Shu berarti dia tidak dapat menolongmu untuk hidup, tetapi aku tidak membunuhnya.”
Yu Xu Zi ketawa sinis menyahut “Oh, kalau begitu aku sebaliknya malah seharusnya berterima kasih padamu? Karena ketika kau dapat membunuhku tapi malah tidak membunuh, engkau dapat pula membunuh Chu Tian Shu malah juga tidak membunuhnya, dengan begitu aku mempunyai kesempatan mendapatkan obat penawar darinya? He…..he….he. engkau benar-benar pintar, kemungkinan kau juga sejak jauh-jauh hari telah memperkirakan akan ada kejadian hari ini!” yang dimaksud adalah Qi Le Ming telah dapat memperkirakan mereka akan datang untuk membalas dendam, makanya dia sengaja tidak membuat masalah tersebut dengan tuntas, dan meninggalkannya sedikit jalan hidup.
Qi Le Ming menerawangkan matanya ke langit, dengan dingin menyahut, “Yu Xu Zi, apa kau tidak melihat dirimu terlalu tinggi?” Sahut Yu Xu Zi, “ Apa arti perkataanmu ?” Qi Le Ming ketawa keras menyahut pula “Aku mengerjakan sesuatu dengan ragaku. sejak dahulu tidak pernah meminta pengampunan dan belas kasihan dari orang lain, juga tidak mau orang lain berbelas kasihan kepadaku. Sejujurnya aku beritahumu, aku tidak membunuhmu hanya karena hidup matimu tidak ada artinya bagiku! Aku memakai jarum beracun menusukmu juga hanya karena engkau menyebalkan saja!”
Yu Xu Zi sangat kesal menyahut “Qi Le Ming, kau sampai saat ini masih saja tidak menghargai orang!”
Qi Le Ming menyahut, “Mati atau hidup tidak menjadi persoalan, kata kata yang sebenarnya harus ku keluarkan akan ku keluarkan! aku juga bukan tidak menghargaimu, engkau dapat membuat hatiku kesal, itu telah membuatku tidak dapat menghargaimu!”
Wajah Yu Xu Zi berubah hijau menyahut “terima kasih sekali engkau dapat menghargai aku, aku juga sejujurnya beritahu kepadamu, aku tidak percaya akan perkataanmu, walaupun malam itu engkau benar-benar berbelas kasihan padaku, hal itu juga tidak dapat menghilangkan dendam besar yang telah lama terjadi!”
Salah satu dari lima pendekar Wu Dang, Yu Zhen Zi yang paling tua umur nya berdehem, berkata “ Qi Le Ming, 20 tahun silam kau dengan lima pendekar aliran Wu bertanding pedang, kedua belah pihak sama-sama terluka! Sekarang kami sengaja datang untuk menyelesaikan masalah ini, kau kelihatannya tidak ingin bertanding dengan kami, dinama sekarang keberanianmu ?”
Mu Juan Juan hendak berbicara, tetapi terasa sorotan mata Qi Le Ming melarangnya, dia tahu benar sifatnya Qi, dia hanya dapat menghembuskan nafas dalam hatinya,dia tidak berani mengeluarkan perkataannya.
Qi Le Ming dengan datar menyahut, “Dulu kalian orang aliran Wu berlima bersama-sama turun tangan juga tidak dapat membunuhku yang hanya seorang diri, kelihatannya kali ini kalian aliran Wu telah mempunyai siasat baru, makanya kalian berani datang hari ini untuk membunuhku, aku sedikit pun tidak merasa aneh, hanya saja kemana pendekar tua yang satu lagi?” sambil melihat kepada pendekar yang paling muda.
Yu Zhen Zi menyahut, “Dia adalah murid keponakanku, saudara seperguruan Yu Ding Zhen telah berpulang 10 tahun yang lalu”
Pendekar muda itu berkata, “Yu Ding Zhen adalah guruku, aku datang untuk membalaskan dendam guruku.”
Qi Le Ming berkata, “Oh, gurumu telah meninggal 10 tahun yang lalu, kalau begitu setelah bertanding pedang denganku, 10 tahun kemudian gurumu baru meninggal?”
Pendekar muda berkata, “Guru kami biarpun setelah bertanding denganmu 10 tahun yang lalu dan kemudian baru meninggal, tetapi jika tidak karena cedera waktu bertanding denganmu, dia orang tua paling sedikit masih dapat hidup lebih dari 30 tahun.”
Qi Le Ming menyahut, “Jadi engkau hendak membalaskan dendam tersebut padaku? Tidak salah! Biarpun bukan aku yang membunuh gurumu, tetapi beliau meninggal karena ku!”
Pendekar muda berkata, “Qi Le Ming biar bagaimanapun engkau bersikeras mengelak, dendam guru pasti akanku balaskan!”
Qi Le Ming berkata, “Aku tidak akan mengelak, dari awal sudah kukatakan, kalau kalian hendak membalas dendam, memang sudah seharusnya, hanya saja.....”
Yu Xu Zi menyela, “Hanya apa?”
Qi Le Ming menjawab, “Kalian berlima mau membalas dendam, sedangkan aku hanya seorang diri. aku sedang berpikir, sebaiknya kuberikan pada siapa nyawaku ini? Dengan perasaan hati yang paling dalam, Qi berkata “ Kurasa sebaiknya kamu sekalian turun tangan sekaligus membunuhku, tetapi pendekar muda ini juga mau membalaskan dendam gurunya, apa sebaiknya nyawa ini aku berikan padanya saja.”
Yu Xu Zi tertawa sinis berkata, “Tidak usah kau risaukan itu, kami berlima aliran Wu merupakan satu kesatuan, jika engkau mati oleh salah satu dari kami adalah sama saja!”
Sambil berkata kelima tetua aliran Wu tersebut segera mengambil posisi masing-masing, kemudian Yu Zhen Zi seperti berdoa kepada anggota yang paling tua yang sudah meninggal, “Kakak Yu, hari ini adalah hari dimana kami lima tetua aliran Wu datang untuk membalaskan dendam, muridmu ada di sini mewakili kau, kami juga mewakili engkau di sini, kau tenang saja, kali ini kami pasti dapat menyelesaikan hutang piutang kita.”
Qi Le Ming dengan datar menyahut, “Apa kau masih mau mengadakan acara persembahan meminta kepada kakak seperguruan kalian yang berada di atas sana memohon kepadanya untuk melindungi kalian?”
Yu Zhen Zi tidak mempedulikan sindirannya, kepada murid keponakannya dia berkata, “Kau mewakili kakak seperguruan kami, ambillah posisi.” Pendekar muda tersebut segera bersiap, dia berkata, ”Baik, aku akan melakukan yang sebisa mungkin” sambil mengatur posisinya.
Posisi telah diatur sehingga membuat Qi Le Ming telah terkurung di tengah-tengah. Qi Le Ming masih saja tenang-tenang, melipat kedua lengannya, mata-nya menerawang ke langit.
Yu Zhen Zi berkata, “Qi Le Ming, kenapa kau masih tidak mengeluarkan pedangmu ?”
Sahut Qi Le Ming, “Mengapa aku harus mengeluarkan pedang?”
Yu Zhen Zi dengan kesal menjawab, “Apa maksud perkataanmu? Memangnya engkau hendak bertarung dengan tangan kosong melawan kami berlima yang bersenjata pedang ?”
Yu Xu Zi menyela, “Lima tetua aliran Wu tidak mau dianggap serendah itu, engkau tidak mengeluarkan pedang pun tidak bisa!”
Qi Le Ming menyahut, “Kalian mau membunuh ku, silahkan bunuh saja! Tetapi untuk memaksakan hal yang tidak ingin kulakukan itu juga tidak bisa!”
Yu Xu Zi berkata,”Qi Le Ming, kau adalah jago pedang nomor satu di dalam dunia persilatan, tetapi tidak disangka kau melakukan perbuatan tipu muslihat seperti ini.” Dia merasa Qi Le Ming tidak mau bertarung pedang dengan mereka, seolah-olah mau memohon pengampunan.
Qi Le Ming berkata, “Kalian ini aneh, memang aku tidak ingin mengeluarkan pedang, kalian hanya tinggal mengeluarkan sejurus serangan saja, langsung selesai, untuk kalian bukankah lebih baik? Kenapa masih tidak mau turun tangan?”
Yu Xu Zi menatap mata Yu Zhen Zi, seakan-akan sedang bertanya dan minta pendapat kepada kakak seperguruannya.
Lima tetua aliran Wu mempunyai nama di dunia persilatan, jika lima orang bersatu bertarung mengeroyok satu orang, bisa kehilangan nama baiknya di kalangan dunia persilatan, bagaimana mereka bisa bertarung pedang melawan satu orang dengan tanpa bersenjata?
Dulu, ketika mereka lima orang melawan Qi Le Ming bertarung pedang, kedua belah pihak mengalami cedera, kali ini bagaimanapun juga jika kedua belah pihak harus memakai pedang bertanding, baru mereka dapat mengembalikan nama baiknya.
Yu Zhen Zi juga kebingungan, dia tidak dapat mengambil keputusan dalam waktu yang singkat.
Pendekar termuda itu berkata, “Paman seperguruan, dia mau bersiasat, supaya kita tidak jadi membalaskan dendam ?”
Kening Yu Zhen Zi mengerut dengan tegas dia berkata, “Benar katamu!” “Qi Le Ming aku akan hitung sampai tiga, jika kau masih saja tidak mengeluarkan pedang, jangan salahkan kami, satu, dua…..”

Related Posts:

0 Response to "Pedang Bayangan Panji Sakti"

Posting Komentar