Bab 49 Sekali Lagi



Karena Cio San melakukan perjalanannya dengan santai, malam mulai menjelang dan ia memutuskan untuk beristirahat saja di sebuah.reruntuhan kuil. Ia tadi telah menangkap seekor kelinci. Setelah membuat api unggun, kelinci itu kemudian dipanggangnya. Baunya harum. Saat itu hujan turun rintik-rintik. Menikmati makanan apapun, jadi terasa enak saat hujan turun.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki. Cio San diam saja mendengar langkah kaki ini. Langkah itu berjalan perlahan. Walaupun di luar hujan, langkah orang itu tetap saja perlahan. Seperti tak ada satu pun di dunia ini yang membuatnya ingin berlari.

Ia melewati pintu depan yang daun pintunya telah hilang entah kemana. Nyala api unggun telah mengantarkan bayangannya kepada dinding-dinding tua. Cio San tahu bayangan siapa itu. Di dunia ini, yang punya bayangan seperti ini memang hanya dia. ‘Dia’.

Ia berhenti di depan Cio San. Tak berkata apa-apa. Hanya menatap penuh kesenduan. Cio San pun hanya memandangnya.

Jika ada perempuan yang melakukan ini di hadapanmu, tentu kau akan segera datang kepadanya, memeluknya dan berkata, “Semua akan baik-baik saja”

Apalagi perempuan tercantik di dunia.

Ia lalu melangkah lagi. Lebih dekat kepada Cio San yang sedang duduk menikmati kelinci bakarnya.

Lebih dekat.

Dan lebih dekat.

Hingga perempuan itu kini jatuh di atas pangkuan Cio San. Meletakkan kepalanya di dada Cio San. Lalu kemudian menangis. Tiada suara. Hanya airmata hangat yang turun membasahi.

Di luar hujan semakin deras.

Pernahkah kau berfikir, jika ternyata hujan bersumber dari air mata manusia? Air sebanyak itu....., sungguh kesedihan manusia tak terbayangkan....

Tapi mungkin saja kau salah. Karena jika kau tambahkan hujan, kepada sungai, dan sungai kepada laut,  jumlahnya tak akan pernah menyamai air mata manusia.

Lalu hal apa yang membuat manusia begitu menderita?
Apakah karena cinta?

Cinta tak akan membuat manusia menangis. Manusia menangisi dirinya sendiri. Manusia hanya menangis karena dirinya.

Cio San membiarkannya menangis. Walaupun ia bergidik juga jika membayangkan kalau tahu-tahu perempuan ini menusuknya dengan belati.

Belati setajam apapun toh tak akan melukai manusia separah luka yang disebabkan cinta.

Tapi Cio San memilih diam saja. Karena jika wanita memilih dadamu sebagai tempat ia menumpahkan airmatanya, itu seperti ia mempercayakan seluruh hidupnya kepadamu.

“Kau tak marah, bukan?” ia mengangkat kepalanya. Wajahnya begitu indah.

Bukan cantik. Karena cantik hanya untuk manusia.

Cio San tak tahu ia harus menjawab apa.

Siapa bilang pedang adalah senjata paling hebat? Senjata terhebat di kolong langit ini adalah air mata perempuan. Ia bisa meluluhlantakkan hatimu, mengubah pendirianmu, dan kadang malah membuatmu bertekuk lutut di bawah kakinya. Hanya dengan airmatanya.

“Kau mungkin akan menuduhku sebagai orang yang paling hina. Aku tahu selama ini perbuatanku menyusahkan banyak orang. Tapi kau tidak mungkin mengerti” katanya.

Air matanya masih menetes. Kadang-kadang air mata bisa membuat perempuan tampak begitu cantik. Apakah karena itu, sehingga laki-laki sering sekali membuat perempuan menangis?

“Apakah kau tahu mengapa aku menjadi seperti ini? Orang-orang hanya bisa menuduh dan mencibir. Mereka tak pernah tahu kepedihanku. Tak pernah tahu penderitaanku”

Matanya begitu indah. Apakah karena cahaya matanya ini diambil dari bintang-bintang?

Bibirnya bergetar karena kesedihan. Tak akan ada lelaki yang sanggup menatap bibir itu tanpa berpikir bahwa bibir itu memang diciptakan untuk dikecup.

Kadang-kadang lelaki akan merasa dirinya sebagai orang paling kuat di dunia, jika ada perempuan yang duduk di pangkuannya, dan menangis di dadanya.

Tapi kadang-kadang juga, laki-laki akan merasa dirinya begitu lemah karena tak mampu melakukan apa-apa untuk menolongnya.

“Kau mau kah mendengar ceritaku?”

Ia bertanya dengan matanya. Jika kau memiliki mata seperti dia, kau tak perlu mulut untuk berkata-kata.

Cio San mengangguk

“Aku lahir dari keluarga bangsawan. Hidup kami menyenangkan. Tenang dan bahagia. Lalu saat aku berumur 20 tahun, sesuatu terjadi. Ayahku difitnah dan kami sekeluarga dihukum pancung oleh kaisar Hong Wu. Untunglah aku berhasil menyelamatkan diri”

Isak tangisnya memang tidak terdengar. Tapi kau bisa melihat airmatanya membanjir walaupun di malam buta.

“Sejak saat itu hidupku terlunta-lunta. Aku diperkosa orang. Diculik perampok dan dijadikan budak nafsu mereka. Ah, banyak hal yang sudah tak mampu kuceritakan lagi…..”

Suaranya tercekat.

“Lalu aku ditolong oleh seorang wanita. Ia membawaku ke utara. Tinggal di istana Es. Aku belajar banyak hak darinya. Tentang cara merawat tubuh. Cara menaklukan lelaki. Aku…aku hanya ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa kami kaum wanita bukanlah kaum yang lemah”

“Kau…kau apakah bisa mengerti?”

Cio San mengangguk.

“Eh, bolehkan aku meminta sedikit dagingnya?”

Tanpa menunggu jawaban Cio San, wanita itu lalu menggigit sedikit sisa daging kelinci di tangan Cio San.

“Ehm…enak sekali”

Jika Cio San yang masak, batu pun akan terasa enak.

Tanpa malu-malu, daging kelinci itu sudah dihabiskannya dari tangan Cio San. Bahkan sisa-sisa bumbu yang ada di jari jemari Cio San pun dijilatnya.

Satu demi satu.

Jika ada perempuan melakukan ini kepada jari-jemarimu, kau pasti berharap ia akan melakukannya di bagian tubuhmu yang lain pula.

“Jari-jarimu lebih gurih daripada daging kelinci itu” katanya tersenyum.

Mereka terdiam lama dan saling memandang.

“Aku..aku…tak akan memaksamu untuk mengerti aku. Tak akan menahanmu jika kau membunuhku. Aku…aku hanya ingin kau tahu, dari semua laki-laki yang pernah aku jatuh ke dalam pelukan mereka, hanya pelukanmu yang paling nyaman dan paling membuatku tenang”

“Malam ini apapun yang kau minta dari aku, akan ku berikan semuanya. Kau hanya tinggal meminta saja” Ia menyandarkan kepala di dada Cio San.

Hujan. Bajunya yang tadi basah kini hangat kembali karena kehangatan tubuh Cio San.

Sedekat ini. Semesra ini.

Lelaki setampan ini, dan perempuan secantik ini. Kadang kadang walaupun dengan sedikit iri, kau tetap berharap mereka terus menjadi kekasih sampai akhir nanti.

“Bolehkah aku tidur di sini? Hanya semalam saja. Sebelum besok, kau akan kembali memusuhiku”

Cio San mengangguk lagi.

Ia hanya memeluk wanita itu lebih erat. Mendekatkannya pada dadanya. Dan menghangatkan hatinya. Wanita hanya perlu ini dari lelaki. Tetapi mengapa semua terasa begitu sulit dan susah dimengerti?

Kadang-kadang, laki-laki itu sangat mengerti. Jika perempuan yang ada di pelukannnya ini suatu saat akan pergi meninggalkannya. Suatu saat akan mengkhianatinya. Oleh sebab itu kadang-kadang ia akan bersikap kejam dan tidak perduli. Hanya agar hatinya tidak menjadi terlalu cinta dan terlalu sayang. Karena jika lelaki terlalu cinta dan terlalu sayang kepada seseorang, maka hidupnya sendiri menjadi tidak berarti lagi.

Dan wanita pun sangat mengerti hal ini. Itulah kenapa mereka begitu sering meminta perhatian dan curahan kasih sayang dari kekasihnya. Hanya agar mereka merasa benar-benar dicintai.

Sebenarnya mereka saling sayang, tapi dengan cara yang berbeda-beda. Inilah mungkin sebab mengapa lelaki dan wanita tak pernah bisa saling mengerti.

Bukankah ini adalah hal yang sangat menyedihkan? Keduanya punya keinginan yang sama. Maksud yang sama. Tetapi menjadi begitu berbeda ketika kedua-duanya menunjukan cinta dengan caranya yang berbeda.

Cio San dan sang nona berpelukan erat. Seolah-olah di dunia ini tak akan ada yang sanggup memisahkan mereka.

Si nona pun tahu apa yang ada di benak Cio San. Ia terlalu berpengalaman dalam hal lelaki, sehingga tidak mungkin ia tidak memperhatikan. Betapa seluruh tubuh Cio San seperti ingin menelannya hidup-hidup.

Tapi Cio San tetap menahan dirinya.

Ia harus menahan dirinya.

Dan nona itu pun tahu, lelaki biasanya tidak mampu terlalu lama menahan diri.





Related Posts:

0 Response to "Bab 49 Sekali Lagi"

Posting Komentar