Beberapa hari kemudian ular itu sudah pulih tenaganya. Serangan Cio San yang dahsyat di dalam mulut ular itu tidak sampai menyebabkan kematian. Tetapi jelas menguras tenaga ular itu. Selama beberapa hari, Cio San lah yang memberi makan ular itu dengan jamur dan ikan-ikan hasil tangkapannya.
Dasar memang khasiat jamur sakti itu, dan memang tubuh ular itu juga sangat kuat dalam beberapa hari lukanya sudah pulih. Cio San sampai terheran-heran melihat cepat pulihnya luka ular itu. Dia malah menganggap mungkin karena tenaga sakti ular itu yang menyembuhkannya. Padahal sebagian besar karena khasiat jamur sakti itu.
Setelah sembuh, ular itu menjadi sangat jinak kepada Cio San. Mungkin karena tahu bahwa ia telah diselamatkan oleh Cio San. Memang walaupun sudah sembuh, ular itu masih belum bisa menggunakan rahangnya. Oleh karena itu Cio San masih 'menyuapi' ular itu. Sambil mengelus-elus dengan lembut, bahkan mengajaknya bicara. Ular itu seperti mengerti perkataan Cio San.
Mungkin ular itu bukanlah jenis ular yang benar-benar liar. Akan tetapi dahulu mungkin pernah dipelihara orang. Dan orang yang bisa memelihara ular macam begini, jelas bukan orang sembarangan.
Memang dalam dunia Kang-ouw peliharaan-peliharaan macam begini bukanlah hal yang aneh. Ada pendekar-pendekar yang memiliki burung raksasa, atau ada yang memelihara harimau, dan lain-lain.
Cio San memang beranggapan bahwa ular ini mungkin adalah peliharaan pendekar yang sakti. Ini dilihat dari serangan-serangan ular itu yang seperti mengerti ilmu silat. Bisa saja ular itu memang diajari silat oleh pemiliknya. Berfikir seperti itu, Cio San malah senang sekali. Akhirnya kini dia memiliki teman yang bisa diajak berlatih silat nantinya.
Dan benar saja, ketika ular itu sudah benar-benar pulih mereka pun berlatih silat. Cio San sengaja berbicara bahwa mereka hanya berlatih saja dan bukan saling membunuh. Dan ular itu pun seperti mengerti maksud Cio San.
Mereka pun hidup seperti itu berbulan-bulan. Berlatih silat, makan, tidur, dan bermain bersama. Berlatih bersama ular semakin menambah kelincahan Cio San. Ia bahkan menciptakan gerak tubuh seperti ular, yang membelit, dan menyerang dengan cepat, dan terasa menempel di tubuh lawan. Tubuh Cio San kini bahkan bisa menempel dan membelit tubuh ular itu. Tubuhnya bisa bergerak dengan cepat dan licin.
Ia juga menciptakan sebuah gerakan sakti yang diciptakannya dari gabungan gerak ular dengan inti Thay Kek Kun. Yaitu kedua kakinya diam disatu tempat, namun tubuhnya bisa miringdengan sangat miringbahkan melekuk-lekuk dan membelit, Persis seperti posisi ular yang menyerang. Ia menamakan kedua jurus itu sebagai 'Kim Coa Hoat' atau Ilmu Ular Emas.
Sebenarnya jurus-jurus itu bisa dikembangkan menjadi berbagi macam gerak dan langkah, dan Cio San paham dengan itu. Tetapi ia tidak melatihnya. Ia merasa, jika ia melatih sesuatu berdasarkan daya ingat, maka ia akan cepat lupa. Justru ketika ia tidak mengingat-ingat dan melatihnya, jurus-jurus yang ia keluarkan saat bertarung malah memiliki banyak kembangan dan perluasan.
Dengan pemahaman seperti ini justru kehebatan ilmunya semakin bertambah. Karena ilmu silatnya tidak dibatasi oleh jurus, atau ingatan terhadap gerak-gerak, namun berdasar pada perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pertarungan. Ilmu seperti ini bahkan tidak memiliki batasan apapun.
Bergerak mengikuti alam. Itulah inti sari yang dipahami Cio San berdasarkan kecerdasan pemikirannya. Padahal itu juga dasar pemikiran Thio Sam Hong ketika ia menciptakan Thay Kek Kun. Sehingga jika dilihat dari gerakannya, sesungguhnya gerakan Cio San adalah gerakan dasar Thay Kek Kun. Tetapi kini menjadi jauh lebih cepat, lincah, dan juga ganas. Karena dicampurnya dengan gerakan silat sang ular sakti.
Begitulah 'persahabatan' aneh ini malah membuat Cio San semakin betah berada di dalam goa itu. Perilaku ular emas kini sangat jinak terhadap Cio San. Bahkan jika Cio San berbicara kadang ular itu menganggung atau menggeleng.
Hingga pada bulan ke 7 persehabatan itu,sesuatu yang aneh terjadi. Pada suatu malam ular itu menggeliat-geliat. Cio San yang saat itu telah tidur terbangun. Ia heran melihat perilaku sahabatnya itu. Ketika disentuhnya, badan ular itu panas sekali.
“Apakah ular juga bisa sakit demam?” begitu pikir Cio San.
Walaupun mengerti tentang pengobatan, dia belum pernah merawat orang sakit demam. Apalagi ular yang sakit demam. Ular itu terus menggelit-geliat. Dari tubuhnya keluar bau wangi yang bercampur dengan bau amis.
“Ada apa Kim-ko?”, tanya Cio San lembut. Ia memang memanggil ular itu dengan sebutan Kim-koko atat kakak Emas.
Ular itu hanya menggeleng-geleng, dan menggeliatkan badannya yang panjang. Suara derik kini mulai muncul. Tetapi ika biasanya suara derik itu muncul hanya dari ekornya saja, kini suara derik itu keluar dari seluruh tubuhnya.
“Ada apa ini?” pikir Cio San. Ia berputar berkeliling memeriksa badan sang ular.
Tak lama pertanyaannya terjawab. Sedikit demi sedikit, terlihat retakan di kulit si ular. Lalu retakan itu menjadi banyak. Ternyata ular itu sedang berganti kulit.
“Oh ternyata kau sedang berganti kulit, Kim-ko?. Bikin kaget saja..haha” Cio San menjadi lega. Memang ular itu sedang mengganti kulit.
Tetapi ada yang aneh. Jika biasanya ular berganti kulit, kulit yang baru sudah ada di dalam kulit yang lama. Akan tetapi ular ini tidak ada sedikitpun kulit baru di tubuhnya.
Ketika seluruh kulitnya tanggal, yang terlihat hanyalah dagingnya yang berwarna putih bersih.
“Hey kenapa begini Kim-ko? Apakah kau sakit hingga penggantian mu tidak sempurna?” tanya Cio San. Seperti mengerti, ular itu malah menggeleng-geleng.
“Tidak sakit? Berarti memang begitukah cara pergantian kulitmu?” Tanya Cio San lagi. Kali ini ular itu mengangguk-angguk.
Hawa tubuh ular itu panas sekali. Bahkan sanggup memanaskan air tempat ia berbaring dan merendam. Malah sampai bisa menguapkan air itu.
“Hebat sekali” pikir Cio San. Ia kagum dengan keagungan Tuhan yang menciptakan hewan-hewan seperti ini. Belum pernah ia melihat yang seperti ini.
Tubuh ular itu panas sekali. Warna dagingnya yang putih, malah hampir tembus pandang, menampakkan urat-uratnya. Cio San kaget dan kagum sekail. Baru kali ini dia bisa melihat urat-urat dan jalan darah seekor ular.
Otaknya yang cerdas dan pikirannya yang sangat terbuka, merangsangnya untuk memperhatikan jalan darah itu.
Cio San memperhatikan terus. Melihat dan mempelajari jalan darang sang ular. Bahkan ia hampir bisa melihat tulang-tulang ular itu. Dagingnya ternyata tipis sekali. Mungkin karena itulah ular itu memiliki kulit sisik yang sangat tebal yang bahkan tidak bisa ditembusi oleh tenaga dalam.
“Tuhan memang Maha Segalanya...” pikir Cio San. Matanya tak lepas mempelajari susunan tulang dan jalan darah ular itu. “Kim-ko bolehkah aku memperhatikan tubuhmu? Memepelajari tubuhmu?” tanya Cio San.
Sang ular hanya mengangguk-angguk pelan. Sepertinya ia kesakitan dan sangat kepanasan. Uap-uap air yang dihasilkan oleh air-air yang dipanaskan oleh tubuhnya semakin memenuhi terowongan goa itu.
Cio San terus mempelajari tubuh sahabatnya itu, sambil terus menyiramkan air ke tubuh ular itu agar tidak terlalu kepanasan. Si ular nampaknya merasa tertolong juga dengan perbuatan Cio San itu.
Setelah lama mempelajari, akhirnya Cio San paham juga seluruh seluk beluk ular itu. Dan sang ular pun kini sudah mulai membaik. Cio San tak henti-hentinya menyirami sekujur tubuh ular itu. Walaupun sang ular sudah berendam di dalam sungai, karena tubuhnya besar dan panjang membuat ada beberapa bagian tubuhnya yang tidak terkena air.
Melihat keadaan ular yang semakin membaik, Cio San senang sekali. Selain karena sahabatnya itu kini tidak menderita lagi, ia kini menemukan pengetahuan baru. Ia kini mengerti tentang jalan darah ular, serta susunan tulang-tulangnya. “Pantas ular bisa menggeliat dan melingkar-lingkar dengan sangat lentur. Itu karena ia memiliki jalan darah yang berbeda dengan makhluk lain serta tulang-tulang yang sangat lemas.” pikir Cio San
Setelah pergantian kulit itu selesai, dan tubuh sang ular mulai mendingin, akhirnya sang ular itu bisa tidur dengan pulas. Melihat ini Cio San hanya tersenyum.
“Selamat tidur Kim-ko. Besok kita bermain lagi” Sambil berkata begitu, ia menepuk-nepuk kepala sang ular. Lalu berbaring dan tidur di sebelahnya.
0 Response to "Bab 10 Persahabatan Yang Aneh"
Posting Komentar