Bun Tek Thian tidak habis pikir. Ada orang di dunia ini yang seperti Cio San.
“Jadi selama ini kau menikmati kugendong-gendong dan kusuapi?” tanyanya
“Kan sudah pernah kubilang, jika aku bercerita kepada orang-orang, pasti tak satu pun yang percaya aku digendong-gendong dan disuapi makan oleh salah seorang tianglo Ma Kauw” jawab Cio San, “Eh tapi kakek yang baik, jangan bergerak dan berbicara dulu. Keadaan tubuhmu masih berbahaya. Obat yang kuberikan tadi hanya untuk membantu menahan serangan racun, sama sekali tidak menyembuhkan”
“Cio San, bukankah kau juga minum arak dan makan makanan yang sama, kenapa kau tidak keracunan?” Tanya sang kaucu.
“Saya juga tidak mengerti kaucu. Justru itu yang membuat saya lambat bergerak sehingga ada saudara-saudara Ma kauw ada yang tidak tertolong. Saya harus mencoba mengerahkan tenaga dalam saya dulu. Dan setelah yakin bahwa saya tidak apa-apa, baru saya bisa bergerak menyelamatkan yang lain”
Sang Kaucu lalu bertanya lagi,
“Kau memang hati-hati sekali Cio San, apakah kau tau kira-kira penyebabnya apa?”
“Saya hanya bisa menduga-duga, ada sesuatu yang pernah saya makan yang membuat tubuh saya anti terhadap racun. Mungkin ketika di dalam goa saat saya hidup bersama Kim Coa (ular emas). Saya makan apa saja yang tumbuh di sana. Bisa saja itulah yang membuat tubuh saya berbeda dengan saudara-saudara yang lain”
“Hmmm..bisa saja” kata sang Kaucu. “Ah, seumur hidup pun aku tak menyangka jika Po Che King akan mengkhianatiku.”
“Selama ini keparat itu tidak pernah punya nafsu dan ambisi yang besar.” Kata salah seorang.
“Apakah ada tindakan atau perintahku yang menyalahi dia?” Kaucu termenung heran.
“Tidak ada kaucu. Selama ini kaucu selalu baik dan adil terhadap kami” semua menjawab kompak dan serentak.
“Saya menduga ini bukan hanya pemberontakan biasa kaucu. Ada rahasia di balik ini yang harus diselidki lebih dalam” tukas Cio San
“Kau adalah orang yang cerdas, apakah kau mempunyai pemikiran lain?”
“Jika kita perhatikan du dunia kang ouw yang terjadi belakangan ini, hampir semua partai besar mengalami ini. Lihat yang terjadi dengan Kun Lun Pay. Ketua mereka hampir saja terbunuh. Tiga orang pengkhianatnya lari, dan akhirnya terbunuh oleh Ang Hoat Kiam Sian (dewa pedang rambut merah). Jaman waktu saya menjadi buronan dulu, ciangbunjin butongpay juga mengalami keracunan. Untunglah beliau selamat. Ada juga beberapa partai yang lebih kecil juga ketuanya mati terbunuh oleh para pembunuh rahasia yang bertopeng itu. Menurut saya, semua ini jelas ada hubungannya” jelas Cio San
“Betul juga. Apakah menurutmu Po Che King ada hubungannya dengan itu semua?” tanya sang Kaucu.
“Mungkin saja ada. Ketika saya memukulnya, ia tidak mati. Tapi ia kemudian mati karena racun. Saya telah memperhatikan tidak ada seorang pun yang meracuninya. Karena semua orang sedang sibuk menyembuhkan dirinya sendiri oleh racun. Lagipula, jika ada yang bergerak meracuninya, saya pasti tahu. Oleh karena itu, kemungkinan besarnya adalah Po Che King meracuni dirinya sendiri. Ia mungkin takut kita periksa dan tanyai alasan pemberontakannya. Bisa juga ia takut kegagalannya itu akan membuatnya dihukum oleh orang yang memerintahnya melakukan pembenrontakan” kata Cio San.
“Jadi kau menganggap ia memiliki atasan?”
“Tentu saja. Jika semua pembunuhan ini berkaitan, pasti ada seorang pemikir besar yang sangat cerdas yang mengatur semuanya. Orang itu pasti memiliki kekuasaan yang sangat besar. Orang-orangnya ada di mana-mana. Para pembunuh bertopeng pastilah anak buahnya.”
“Dan pasti juga kedelapan orang yang menghadang kita di hutan bambu kemarin” sahut bun Tek Thian.
“Pastinya bukan” tukas Cio San
“Kenapa bukan?” tanya Bun Tek Thian
“Karena mereka tidak memakai topeng” jawab Cio San santai
“Memakai topeng kan bukan kewajiban. Membunuh orang kan bisa pakai baju apa saja. Baju tentara pun boleh” sanggah Bun Tek Thian.
“Kalau biasa membunuh memakai topeng, kenapa sekarang membunuh memakai baju tentara?” Cio san tersenyum. Ia melanjutkan,
“Aku yakin para tentara ini pasti dari kelompok yang berbeda. Karena jika mereka memang benar kelompok bertopeng, mereka tidak perlu repot-repot berdandan tentara”
“Tapi bukankah jika mereka memakai topeng, mereka bisa melimpahkan kesalahan pada kelompok bertopeng jika seumpamanya ketahuan?” kali ini sang kaucu yang berkomentar.
“Pemikiran yang bagus, kaucu. Tapi menurut saya, justru jika mereka memakai topeng dan ketahuan, maka jika kelompok mereka terbongkar seluruhnya, maka posisi mereka akan terdesak. Segala pembunuhan yang dilakukan kelompok bertopeng akan ditimpakan kepada mereka. Justru itu akan semakin menguntungkan kelompok bertopeng”
Cio san kemudian melanjutkan,
“Maka saya menduga, tentunya kelompok ‘tentara’ dan kelompok pembunuh bertopeng ini adalah dua kelompok yang berbeda. Salah satu bisa saja lebih kuat dari yang lain. Ini perlu diselidiki lebih lanjut”
“Aku tahu darimana kita memulai menyelidiki hal ini. Segera temukan Keh losiansing!” kata sang Kaucu bersemangat.
“Siapa Keh losiansing?”
“Dia tabib ahli pengobatan yang dimiliki Ma kauw. Semua obat dan racun, dia yang buat.”
“Apakah dia juga ahli silat?” tanya Cio San lagi
“Dia tidak bisa silat sama sekali” tukas Ang Soat-kaucu
“Berarti dia sudah mati, kaucu” kata Cio San sambil menggeleng-geleng kepala.
“Bagaimana kau tau?”
“Jika ada orang yang bisa menciptakan racun yang tanpa bau, tanpa rasa, dan bisa berakibat sehebat racun tadi, maka orang ini adalah orang yang sangat berbahaya. Begitu dia berhasil membuat racun itu, orang lain pasti akan berharap dia akan menyimpan rahasia itu rapat-rapat sehingga tak ada orang lain yang tahu. Dan hanya orang matilah yang bisa menyembunyikan rahasianya rapat-rapat. Tadi pun Po Che King menyebut nama Keh Losiansing. Itu karena dia tahu, dia tak perlu takut Keh losiansing akan membuka rahasia. Karena Keh Losiansing sudah mati”
“Lalu menurutmu siapa yang membunuhnya?”
“Pastilah atasannya. Yang memesan racun seperti itu. Jika Keh losiansing sudah mati itu memang sudah seharusnya. Aku baru kaget jika ia belum mati”
Kaucu termenung. Segala perkataan Cio San masuk akal. Dia yang sudah sangat berpengalaman dalam hidup pun belum tentu mampu mengambil kesimpulan secepat dan secermat itu. Ia hanya bisa duduk dan memandang Cio san yang sambil berbicara, sibuk mengobati anak buahnya yang terluka.
“Kau memang orang yang liang sim (berhati mulya). Kami telah menculikmu, tapi kau tidak membalas, malah menolong kami semua.”
“Jika aku membalas, apa yang kudapatkan, kaucu?”
“lalu jika kau menolong kami, apa yang kau dapatkan?”
“Persahabatan!” sahut Cio San sambil tersenyum.
“Apa gunanya bersahabat dengan partai ma Kauw? Kami adalah orang-orang terbuang dari dunia persilatan. Anggota kami adalah para siauw jin. Orang hina dina. Di mana-mana kehadiran kami ditolak. Manfaat apa yang kau dapatkan jika bersahabat dengan kami?”
“Saya tidak pernah melihat sesuatu dari azas manfaat. Semua saya lakukan karena saya SUKA”
Di dunia ini memang tidak ada yang bisa mengalahkan kata “SUKA”. Kenapa kau suka makanan A, dan bukan makanan B? Kenapa kau lebih suka musik daripada memancing? Tiada yang bisa menemukan jawaban yang tepat. Kalau sudah suka, ya suka. Tidak perlu ada alasan karena menyukai sesuatu. Begitu pula dengan cinta. Kau tak perlu alasan apapun karena mencintai seseorang.
Dan Ma Kaucu yang berpandangan luas pun paham hal ini. Ia tersenyum, “Kau memang mirip dengan gurumu Kam Ki Hsiang”
“Terima kasih, kaucu” Cio San tersenyum tulus.
Setelah beberapa lama ia membantu semua orang yang terkena racun, Cio San berkata,
“Kaucu, saya sendiri belum tahu obat apa yang bisa benar-benar memunahkan racun ini secara sempurna. Tadi saya sudah mengarahkan tenaga dalam kepada semua orang. Ini hanya sekedar upaya untuk menjinakkan racunnya saja. Ia bisa kembali menyerang tubuh kapan saja jika tidak segera dipunahkan dengan sempurna. Saya mungkin butuh waktu untuk mencari dan meracik obatnya”
“Apa yang kau lakukan kepada kami ini tidak sanggup kami balas dengan kebaikan apapun Cio San. Lakukanlah apa yang kau bisa. Kami menurut apa katamu saja. Eh ngomong-ngomong, dimana kau belajar ilmu pengobatan?”
“Kam suhu memberi sebuah kitab masak, yang ternyata juga berisi pelajaran tentang bahan-bahan yang berguna bagi tubuh manusia. Dari situlah saya belajar sedikit tentang pengobatan. Tuan, kalau boleh saya tahu, apakah jumlah anggota yang ada di markas besar ini hanya ini saja atau ada orang lain?”
“Hanya ini saja. Anggota kami jumlahnya puluhan ribu, tapi menyebar di seluruh tionggoan. Hanya inilah anggota yang berada di markas utama. Memangnya kenapa Cio San?”
“Jika perkiraan saya benar, mungkin tak lama lagi akan ada pasukan yang menyerang kesini. Mereka akan tetap kesini baik Po Che King berhasil atau tidak dalam usahanya meracuni kalian semua. melihat keadaan kita sekarang, rasanya tidak mungkin kita bisa melawan mereka. maka saya sarankan kita menyingkir dulu sementara untuk menyembuhkan diri dan mengatur langkah”
“Kalau begitu kita harus segera menyingkir. Cepat siapkan diri, aku mempunyai sebuah jalan rahasia” kata Ma Kauw Kaucu.
Setelah mengumpulkan perbekalan dan obat-obatan, seluruh orang yang berjumlah kurang lebih 50 itu bergegas mengikuti sang Kaucu. Jalan rahasia itu ternyata berada di bawah tempat tidurnya. Sebuah jalan kecil yang lebarnya hanya cukup dilalui dua orang.
“Sudah umum jika sebuah partai besar memiliki jalan rahasia” kata Kaucu “Kau tak pernah tau apa yang akan terjadi, oleh karena itu harus bersiap-siap”
Cio San mengangguk dan tersenyum, “masuk akal juga” katanya.
Jalan rahasia itu berkilo-kilo panjangnya. Kadang mereka harus berhenti untuk beristirahat. Sekitar setengah jam, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Hampir 5 jam mereka melewati terowongan yang sempit itu, untunglah tak lama kemudian terlihat cahaya di ujung sana.
Begitu keluar, ternyata mereka sudah berada di pinggiran sungai. Gunung kecil tempat markas Ma Kauw ternyata adalah sebuah bukit yang dekat dengan sungai besar. Seseorang lalu datang menyambut mereka,
“Salam hormat, dan panjang umur kepada Kaucu!” kata orang itu sambil berlutut.
“Apakah kapal siap?” tanya Kaucu.
“Selalu siap. Kemana kita akan pergi, kaucu?”
“Ke Istana ular”
0 Response to "Bab 29 Persahabatan Baru"
Posting Komentar