“Kitab ini, tidak hanya cocok untuk kau pelajari, bahkan mungkin harus kau pelajari. Dalam perjalanan hidupmu, akan sangat berguna sekali” ujar Khu Hujin sambil menyodorkan kitab itu.
Cio San menerima dengan penuh hormat.
“Kitab Wajah dan Gerak Tubuh”
“Judul yang aneh bukan? Tapi manfaatnya banyak. Kau aka bisa membaca pikiran orang hanya dari bahasa wajah dan tubuhnya. Saat orang berbohong, ada bagian-bagian wajah dan tubuhnya yang bergerak. Jika kau pelajari, kau bisa membedakan orang yang jujur dengan tidak. Kau bisa membaca perasaan dan isi hati mereka cukup dengan melihat raut wajah atau bahasa tubuh mereka. Menarik bukan?”
“Menarik sekali Hujin. Tentu saja Hujin sudah mempelajarinya dan mendapat manfaat yang amat sangat bukan?. Bahkan mungkin banyak sekali urusan dagang yang Hujin selesaikan dengan buku ini”
“Tepat sekali”
Hujin kemudian berkata,
“Dalam perjalananmu, kau akan menemukan banyak rintangan. Banyak kesulitan dan kesusahan. Engkau adalah orang yang cerdas dan berbakat. Jangan hanya mengandalkan ilmu silat, karena ilmu silat akan kalah dengan tipu daya yang licik. Jangan pernah percaya kepada seorang pun walaupun ia teman dekatmu. Tapi jika kau sudah memutuskan untuk percaya, maka percayalah ia dengan segenap hatimu. Hatimu dan akalmu akan membisakanmu kepada siapa kau letakkan kepercayaanmu”
“Selalu gunakan ketenangan dan kematangan berfikir. Karena apa yang kau lihat belum tentu berarti seperti yang kau lihat. Selalu berusaha mencari makna di balik segala kejadian. Karena tidak ada yang kebetulan. Tidak ada yang tidak diatur. Maka dari itu, apapun yangdilakukan orang lain, harus selalu kau selediki dengan teliti. Hal sekecil apapun!”
“Karena manusia jauh lebih kejam dari makhluk manapun. Oleh sebab itu, ku ulangi lagi: hal sekecil apapun, tidak boleh lewat dari perhatianmu. Latihlah dirimu untuk memperhatikan hal sekecil-kecilnya. Posisi sendok di meja. Posisi cangkir saat kau tinggalkan. Letak kursi ketika sebelum kau masuk ruangan. Semuanya harus kau perhatikan. Untuk itu, jangan pernah bosan untuk selalu melatih dirimu dengan hal ini. Jika kau berlatih silat seratus kali, maka hal ini harus kalu latih seribu kali”
“Selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, bukan untuk dirimu, tetapi untuk orang lain. Menjadi yang terbaik bukan berarti menjadi yang paling hebat dalam ilmu. Tapi menjadi hebat berarti bahwa kau mampu menundukkan dirimu sendiri. Menundukkan hawa nafsumu. Karena perang dan pertempuran paling dahsyat, bukanlah saat melawan musuh yang paling sakti ilmunya. Melainkan melawan dorongan nafsumu, pada saat kau mampu melakukan nafsumu itu”
“Janganlah malu menjadi cibiran orang, jika kau yakin bahwa perbuatanmu tidak bertentangan dengan moral dan akal sehatmu. Janganlah ragu dan menunda-nunda dalam berbuat yang terbaik. Perluaslah pengetahuanmu. Cari teman dan kenalan sebanyak mungkin. Tapi jadikanlah orang yang benar-benar kau yakini kebaikannya sebagai sahabat sejatimu. Orang seperti ini hanya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan. Tapi jika kau sudah menemukannya, bersiaplah untuk mengorbankan jiwa dan ragamu kepadanya, karena dia sendiripun akan mengorbankan jiwa raganya kepadamu”
“Jika kau gagal dalam melakukan tugasmu, malulah kepada diri sendiri. Tapi maafkanlah juga dirimu, karena manusia memiliki keterbatasan. Dalam kegagalanmu, terdapat cermin untuk memperbaiki diri. Dalam keputusasaanmu, terdapat obat pahit untuk bangkit kembali. Didalam sakit hatimu terdapat kekuatan untuk membuktikan kepada dunia bahwa kau sanggup melakukannya. Ambil waktu sebanyak mungkin untuk melihat kekurangan sendiri, karena kebanyakan manusia menghabiskan waktu untuk membicarakan kekurangan orang lain.”
“Apabila ada orang yang membicarakan kekuranganmu, terimalah mereka dengan senyum ketulusan karena merekalah yang menunjukkan kelemahanmu. Jika ada orang yang membicarakan kehebatanmu, terimalah mereka dengan wajah menunduk karena kau paling tahu terhadap kekuranganmu sendiri.”
“Jagalah kepercayaan orang lain terhadapmu, karena itu lebih berharga dari seluruh isi bumi. Jika kepercayaan itu hilang, maka hilanglah harga dirimu. Karena harga dirimu berada pada kepercayaan orang terhadapmu. Engkau akan banyak tersakiti oleh ucapan dan perbuatan orang, dan pembalasan terbaik dari semua itu adalah memaafkan. Memaafkan bukan berarti kelemahan, karena keadilan harus ditegakkan.”
“Kuatkanlah dirimu untuk terus melakukan keadilan, karena dunia baru akan damai ketika keadilan dan aturan ditegakkan. Ingatlah bahwa aturan kadang membatasi. Maka biasakanlah dirimu untuk terus mempertanyakan peraturan. Biasakanlah dirimu untuk tersiksa, karena keadilan sungguh jauh dari kebahagiaan. Karena kebahagiaan mengutamakan kesenangan. Sedangkan kesenangan kebanyakan menipumu. Kebahagian terbaik adalah kemampuan untuk membuat orang lain bahagia”
“Saat ini, tak akan pernah terulang lagi. Oleh sebab itu selalu hargai setiap detik dalam hidupmu. Hargai kebersamaan bersama orang-orang yang ada di sekelilingmu. Karena mereka mungkin mengorbankan banyak hal hanya untuk bisa bertemu denganmu. Maka itu, hargailah waktu seperti engkau menghargai nyawa. Yang terjauh adalah masa lalu, dan yang terdekat adalah kematian. Yang paling menyesal adalah tidak melakukan sesuatu. Yang paling merugi adalah menyianyiakan cinta. Maka jadikanlah dirimu sebagai orang yang menghargai cinta. Karena cinta adalah pengorbanan diri. Waspadalah kepada kepalsuan cinta. Engkau akan mampu membedakan kepalsuan dan keaslian cinta, saat engkau mampu mengorbankan jiwa bagi apa-apa yang engkau cinta. Saat engkau mampu mengorbankan kebahagiaan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain”
"Sebagai laki-laki yang menantang kehidupan, kau mungkin akan dikagumi wanita, dan banyak orang. Tapi wanita-wanita ini akan berpikir seribu kali untuk mencintai laki-laki yang kehidupannya seperti dirimu. Yang hidup bebas menantang hari esok dangan tangan kosong dan hati yang terbuka. Wanita-wanita ini akan menganggap engkau menarik, tapi pada akhirnya mereka akan memilih lelaki lain yang bisa memberi mereka rasa aman, dan kehidupan yang tenang. Sedangkan lelaki lain itu justru tidak mereka kagumi."
"Engkau mungkin akan terluka dan jatuh dalam perangkap cinta, dan juga wanita. Maka berhati-hatilah terhadap wanita yang cantik. semakin cantik dia, semakin besar kekuatannya untuk melukaimu. Oleh karena itu cintailah wanita yang membuatmu tenang, jangan kau mencari wanita yang membuat orang lain kagum."
"Ingatlah selalu untuk menjadi dirimu sendiri. Hargailah dirimu, dan hidupmu. Jangan ingin berubah karena perkataan orang. Tapi berubahlah karena kau memang merasa kekurangan dirimu harus diperbaiki"
"Sebagai laki-laki yang menantang kehidupan, kau mungkin akan dikagumi wanita, dan banyak orang. Tapi wanita-wanita ini akan berpikir seribu kali untuk mencintai laki-laki yang kehidupannya seperti dirimu. Yang hidup bebas menantang hari esok dangan tangan kosong dan hati yang terbuka. Wanita-wanita ini akan menganggap engkau menarik, tapi pada akhirnya mereka akan memilih lelaki lain yang bisa memberi mereka rasa aman, dan kehidupan yang tenang. Sedangkan lelaki lain itu justru tidak mereka kagumi."
"Engkau mungkin akan terluka dan jatuh dalam perangkap cinta, dan juga wanita. Maka berhati-hatilah terhadap wanita yang cantik. semakin cantik dia, semakin besar kekuatannya untuk melukaimu. Oleh karena itu cintailah wanita yang membuatmu tenang, jangan kau mencari wanita yang membuat orang lain kagum."
"Ingatlah selalu untuk menjadi dirimu sendiri. Hargailah dirimu, dan hidupmu. Jangan ingin berubah karena perkataan orang. Tapi berubahlah karena kau memang merasa kekurangan dirimu harus diperbaiki"
“Maka, dalam pesanku yang terakhir ini, Cio San, jadilah manusia terbaik. Jangan menjadi pesilat terbaik, pemikir terbaik, atau tukang masak terbaik. Jadilah manusia terbaik,,,,”
0 Response to "Bab 21 Pelajaran Yang Berharga"
Posting Komentar