Kaisar Kian Liong atau Chien Lung merupakan kaisar Kerajaan Ceng-tiauw (Mancu) yang paling terkenal dan paling besar sepanjang sejarah Bangsa Mancu, semenjak bangsa yang tadinya dianggap bangsa liar di utara itu menguasai Tiongkok mulai tahun 1644.
Kaisar Kian Liong adalah seorang kaisar yang telah terkenal semenjak dia masih menjadi pangeran, dihormati dan dikagumi oleh rakyat dari semua lapisan, bahkan dicinta oleh para pendekar karena pangeran itu memang berjiwa gagah perkasa, mencinta rakyat jelata, adil dan bijaksana. Oleh karena itu, setelah dia diangkat menjadi kaisar dalam tahun 1735, pada waktu itu dia baru berusia sembilan belas tahun, boleh dibilang seluruh rakyat mendukungnya. Biarpun dia juga seorang Bangsa Mancu, namun cara hidupnya, sikapnya dan jalan pikirannya adalah seorang Han tulen.
Baru saja dia memerintah selama lima tahun, sudah nampak kemajuan-kemajuan pesat dalam pemerintahannya. Pemberontakan-pemberontakan rakyat padam dan kehidupan rakyat mulai makmur. Taraf kehidupan rakyat kecil terangkat dan mulailah rakyat mengenal pembesar dan pejabat sebagai bapak-bapak pelindung, bukan sebagai pemeras dan penindas seperti di waktu-waktu yang lampau.
Tidak mungkin seorang manusia dapat bertindak tanpa ada yang menentangnya. Kalau seorang kaisar bertindak bijaksana terhadap rakyat, melindungi rakyat, secara otomatis dia harus menentang penindasan, harus menentang pembesar-pembesar yang korup dan yang menindas rakyat. Sebaliknya, kalau seorang kaisar berpihak kepada penindasan dan korupsi, tentu saja berarti diapun menjadi penindas rakyat. Dalam hal pertama, dengan sendirinya kaisar akan ditentang oleh mereka yang merasa dirugikan oleh keadilan kaisar yang tentu saja dapat ditegakkan dengan kekerasan, dia akan ditentang oleh para koruptor yang merasa terhalang dan terhenti sumber kemuliaannya. Dan sebaliknya, menindas rakyat tentu akan dihadapi dengan pemberontakan di sana-sini.
Akan tetapi, ternyata Kaisar Kian Liong yang muda itu memilih untuk menjadi pelindung rakyat dan menghadapi para koruptor dan penindas dengan kekerasan dan keadilan. Inilah yang membuat rakyat mendukungnya dan para pendekar di empat penjuru juga mendukungnya. Kenyataan inilah yang membuat pemerintahannya menjadi kuat. Sejarah menyatakan bahwa dengan dukungan rakyat jelata, pemerintah menjadi kuat, sebaliknya kalau ditentang rakyat, hanya mengandalkan bala tentara saja, pemerintah akan menjadi rapuh.
Kaisar Kian Liong pada waktu itu, kurang lebih tahun 1740 setelah lima tahun dia menjadi kaisar, seolah-olah merupakan bintang yang mengeluarkan sinar terang. Sinarnya menerangi hati rakyat sampai jauh ke pelosok-pelosok, bahkan sinar itu terasa sekali di tempat yang terpencil sekalipun, seperti di Pulau Es.
Pulau Es adalah sebuah pulau terpencil jauh di utara, sebuah pulau di antara ribuan pulau kecil yang berserakan di sekitar Lautan Kuning, Lautan Timur dan Lautan Jepang. Pulau Es ini merupakan pulau rahasia dan jarang ada manusia yang tahu di mana letaknya yang tepat, jarang pula ada yang pernah menyaksikannya, apalagi mendarat di sana.
Akan tetapi namanya sudah terkenal sekali, terutama di kalangan para pendekar di dunia kangouw. Bahkan Pulau Es menjadi semacam dongeng bagi mereka, menjadi semacam nama yang mereka kagumi, hormati, akan tetapi juga takuti. Siapakah orangnya yang tidak segan dan gentar mendengar nama Pulau Es, yang menjadi tempat Istana Pulau Es dengan penghuninya Pendekar Super Sakti atau juga Pendekar Siluman, penghuni Pulau Es? Pendekar ini yang namanya Suma Han, memiliki kesaktian seperti dewa dalam dongeng, pernah menggegerkan dunia kang-ouw dan karena dia merupakan seorang pendekar sejati yang bijaksana dan budiman, maka dia dipuja-puja oleh para pendekar sebagai seorang datuk yang dikagumi.
Para pembaca dari cerita-cerita terdahulu yang menjadi serial dari kisah mengenai Pulau Es tentu telah mengenal siapa itu Pendekar Super Sakti Suma Han yang hidup dengan tenteram dan tenang di Pulau Es bersama kedua orang isterinya yang tercinta. Isterinya yang pertama adalah Puteri Nirahai, seorang puteri berdarah keluarga Kaisar Mancu yang amat gagah perkasa dan agung, yang karena cinta kasihnya yang mendalam terhadap suaminya, telah rela meninggalkan kehidupan di istana sebagai puteri dan juga sebagai panglima yang banyak jasanya, rela hidup di tempat sunyi itu bersama suami dan madunya.
Madunya itu, isteri ke dua dari Pendekar Super Sakti, juga bukan orang sembarangan.
Wanita ini namanya Lulu, sebenarnya juga seorang puteri Bangsa Mancu walaupun bukan keluarga kaisar seperti Puteri Nirahai. Juga Lulu ini memiliki kepandaian yang hebat karena ia pernah menjadi majikan Pulau Neraka! Dalam hal ilmu silat, agaknya ia tidak kalah jauh dibandingkan dengan madunya itu, apalagi setelah keduanya menjadi isteri Pendekar Super Sakti dan menerima bimbingan sang suami yang memiliki kepandaian seperti dewa itu.
Bagaimanakah Suma Han dapat hidup bersama dua orang isterinya dalam keadaan rukun dan tenteram? Mengapa kedua orang isterinya itu tidak saling cemburu atau iri? Dapatkah Pendekar Super Sakti Suma Han membagi-bagi cinta kasihnya kepada dua orang isterinya itu?
Sesungguhnya, tidak mungkin cinta kasih dibagi-bagi! Cinta kasih itu memancar dari batin dan terasa oleh siapapun juga. Demikian pula cinta kasih Suma Han terhadap dua orang isterinya, sebulat hatinya dan tidak berat sebelah. Kedua orang wanita itu merasa benar akan hal ini dan oleh karena itu merekapun tidak pernah merasa iri atau cemburu.
Bahkan kedua orang wanita ini saling mencinta seperti kakak beradik sendiri saja. Tidak ada keinginan untuk mengejar pemuasan kesenangan dirinya sendiri saja bagi cinta kasih.
Yang ada hanyalah kemesraan, belas kasih, dan kalaupun ada suatu keinginan, kalau boleh dinamakan keinginan, maka keinginan itu mungkin hanya satu, yakni ingin melihat orang yang dikasihinya itu berbahagia! Hanya orang yang memiliki sinar cinta kasih di dalam batinnya sajalah yang akan mengenal cinta kasih, yang akan mengenal kebahagiaan dalam hidupnya. Bahagia adalah tidak adanya sedikitpun konflik batin atau konflik lahir. Bahagia adalah keadaan bebas dari ikatan apapun juga, jadi batinnya hening dan tidak mempunyai apa-apa walaupun boleh jadi secara lahiriah dia memiliki segalanya. Dan karena batin tidak memiliki apa-apa, tidak terikat apa-apa inilah maka dia telah memiliki segala-galanya!
Siapakah sebenarnya pendekar yang disebut Pendekar Super Sakti, atau Pendekar Siluman, atau juga Tocu (Majikan) Pulau Es itu? Orang macam apakah dia itu? Suma Han adalah seorang yang kini telah tua sekali.Usianya telah mendekati seratus tahun, atau tepatnya sembilan puluh lima tahun! Seorang kakek yang bertubuh tinggi sedang, perutnya tidak gendut, kaki tangannya masih nampak kokoh kuat walaupun kakinya hanya sebelah saja. Kaki kirinya buntung sebatas paha dan untuk melangkah dia dibantu oleh tongkat. Rambutnya panjang terurai, tidak pernah digelung, dibiarkan terurai di pundak.
Akan tetapi rambut itu terpelihara sekali, bersih dan halus seperti benang-benang perak yang mengkilap kalau tertimpa cahaya matahari. Selain rambutnya, juga alisnya, kumis dan jenggotnya semua telah putih. Tidak ada sehelaipun yang hitam. Namun wajahnya masih nampak segar kemerahan, matanya masih awas dan tajam pandangannya, walaupun bersinar lembut sekali. Pendengarannya masih amat baik, juga giginya tidak ompong.
Pendeknya panca indranya masih tidak banyak menurun, masih kuat. Kesehatannya memang amat mengagumkan. Tidak pernah dia sakit. Tentu saja, usia tua telah membuat tubuhnya agak layu dan tenaga otot dan tulangnya tidaklah sekuat dahulu lagi. Pakaiannya sederhana, akan tetapi selalu bersih dan rapi berkat rawatan kedua orang isterinya yang amat mencintanya. Dan dalam usia hampir satu abad itu, harus diakui bahwa masih membayang bekas ketampanan wajah pendekar ini.
Pendekar tua ini dihormati dan disegani oleh semua tokoh kang-ouw karena dia memang lihai bukan main. Banyak sekali ilmu-ilmu silat tinggi yang dikuasainya, di antaranya yang hebat-hebat adarah Ilmu Hwi-yang Sin-ciang (Tangan Sakti Inti Api), Swat-im Sin-ciang (Tangan Sakti Inti Salju), Siang-mo Kiam-sut (Ilmu Pedang Sepasang Iblis) yang dimainkan dengan tongkatnya, dan terutama sekali Ilmu Soan-hong Lui-kun (Silat Sakti Badai Petir) yang membuat tubuhnya dapat bergerak sedemikian cepatnya seperti pandai menghilang saja. Dan di samping ilmu silat tinggi yang banyak ragamnya, juga pendekar ini mempunyai kekuatan sihir yang luar biasa, yang membuat dia dijuluki Pendekar Siluman!
Isterinya yang pertama, Puteri Nirahai juga sudah tua sekali, selisihnya hanya beberapa tahun dengan suaminya. Nirahai ini berdarah Mancu aseli, dan sudah beberapa kali namanya menjadi terkenal ketika ia menjadi panglima dan menggerakkan pasukan pemerintah menumpas pemberontakan-pemberontakan dengan hasil baik. Ia bukan saja pandai ilmu silat, akan tetapi juga mahir dalam ilmu perang. Ia mewarisi ilmu-ilmu dari dua orang pendekar wanita yang berjuluk Mutiara Hitam dan Tok-siauw-kwi yang menjadi ibu kandung Pendekar Suling Emas, maka Nirahai ini amat lihai dengan Ilmu-ilmu Sin-coa-kun (Ilmu Silat Ular Sakti), Pat-mo Kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Setan), Pat-sian Kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Dewa) yang digabungnya dengan Pat-mo Kiam-hoat, juga senjata rahasianya Siang-tok-ciam (Jarum Beracun Harum) amat berbahaya.
Di waktu mudanya, Nirahai cantik sekali, dengan pakaian bergaya Mancu dan topi bulu selalu menghias rambut kepalanya yang dahulunya panjang dan hitam berombak akan tetapi sekarang telah menjadi putih itu. Dan di dalam usianya yang sembilan puluh tahun lebih, ia masih belum kehilangan kerampingan tubuhnya dan kecantikan wajahnya masih membayang pada garis-garis mukanya. Wataknya halus akan tetapi tegas, agung dan agak tinggi hati karena ia memiliki darah bangsawan tinggi di tubuhnya.
Isteri ke dua yang bernama Lulu, sesungguhnya tidak dapat dikatakan isteri pertama atau ke dua di antara kedua wanita ini karena mereka tidak merasa berbeda dalam tingkat menjadi isteri-isteri Pendekar Super Sakti, juga merupakan seorang nenek yang luar biasa lihainya. Karena ia pernah menjadi ketua Pulau Neraka, maka sampai tuapun Lulu lebih suka mengenakan pakaian serba hitam yang sederhana namun bersih dan rapi. Ia juga berdarah Mancu yang lihai sekali karena ia telah mewarisi ilmu-ilmu simpanan dari Pendekar Suling Emas, terutama sekali Ilmu Hong-in Bun-hoat (Silat Sastera Hujan Angin) dan Toat-beng Bian-kun (Silat Lemas Pencabut Nyawa), dua ilmu yang berasal dari manusia dewa Bu Kek Siansu. Watak Lulu ini keras dan ganas, namun ia berjiwa pendekar dan dalam membela keadilan ia seperti seekor naga betina yang pantang undur.
Di waktu mudanya, ia pernah meliar sampai menjadi ketua Pulau Neraka, akan tetapi akhirnya ia dapat “dijinakkan” oleh Pendekar Super Sakti dan menjadi isterinya. Usianya hanya setahun lebih muda dari Nirahai, sehingga ia kini sudah berusia sembilan puluh tahun dan menjadi seorang nenek yang gerak-geriknya masih gesit.
Demikianlah keadaan suami isteri yang sudah tua renta itu. Karena mereka sudah tua, mereka tidak mau lagi memusingkan diri dengan urusan dunia dan sudah bertahun-tahun mereka bertiga tidak meninggalkan Pulau Es, hidup tenteram dan tenang di tempat terasing itu, dan setiap hari lebih banyak duduk bersamadhi di kamar masing-masing. Urusan rumah tangga ditangani oleh keluarga yang lebih muda, yaitu tiga orang cucu mereka yang tinggal di Pulau Es untuk belajar ilmu dari kakek dan nenek-nenek mereka.
Bagi para pembaca yang telah mengenal keluarga Pu1au Es, tentu tahu bahwa Puteri Nirahai dan Suma Han mempunyai seorang putera yang bernama Suma Kian Bu yang juga pernah menggemparkan dunia kang-ouw dengan sepak terjangnya sehingga dia mendapatkan julukan Pendekar Siluman Kecil! Pendekar ini, selain mewarisi ilmu-ilmu dari Pulau Es, juga mempunyai sebuah ilmu yang membuat dia terkenal sekali, yaitu Ilmu Sin-ho Coan-in, dan juga Ilmu Jouw-sang-hui-teng (Terbang Di Atas Rumput).
Suma Kian Bu ini menikah dengan seorang pendekar wanita pula bernama Teng Siang In yang pandai ilmu silat dan ilmu sihir. Suami isteri pendekar ini sekarang tinggal di lembah Sungai Huang-ho, di luar kota Cin-an, di dusun dekat hutan yang sunyi dan indah, hidup tenteram sebagai petani yang juga berdagang rempah-rempah dan hasil bumi ke kota Cin-an. Mereka hanya mempunyai seorang putera yang kini telah berusia sepuluh tahun, bernama Suma Ceng Liong.
Kaisar Kian Liong adalah seorang kaisar yang telah terkenal semenjak dia masih menjadi pangeran, dihormati dan dikagumi oleh rakyat dari semua lapisan, bahkan dicinta oleh para pendekar karena pangeran itu memang berjiwa gagah perkasa, mencinta rakyat jelata, adil dan bijaksana. Oleh karena itu, setelah dia diangkat menjadi kaisar dalam tahun 1735, pada waktu itu dia baru berusia sembilan belas tahun, boleh dibilang seluruh rakyat mendukungnya. Biarpun dia juga seorang Bangsa Mancu, namun cara hidupnya, sikapnya dan jalan pikirannya adalah seorang Han tulen.
Baru saja dia memerintah selama lima tahun, sudah nampak kemajuan-kemajuan pesat dalam pemerintahannya. Pemberontakan-pemberontakan rakyat padam dan kehidupan rakyat mulai makmur. Taraf kehidupan rakyat kecil terangkat dan mulailah rakyat mengenal pembesar dan pejabat sebagai bapak-bapak pelindung, bukan sebagai pemeras dan penindas seperti di waktu-waktu yang lampau.
Tidak mungkin seorang manusia dapat bertindak tanpa ada yang menentangnya. Kalau seorang kaisar bertindak bijaksana terhadap rakyat, melindungi rakyat, secara otomatis dia harus menentang penindasan, harus menentang pembesar-pembesar yang korup dan yang menindas rakyat. Sebaliknya, kalau seorang kaisar berpihak kepada penindasan dan korupsi, tentu saja berarti diapun menjadi penindas rakyat. Dalam hal pertama, dengan sendirinya kaisar akan ditentang oleh mereka yang merasa dirugikan oleh keadilan kaisar yang tentu saja dapat ditegakkan dengan kekerasan, dia akan ditentang oleh para koruptor yang merasa terhalang dan terhenti sumber kemuliaannya. Dan sebaliknya, menindas rakyat tentu akan dihadapi dengan pemberontakan di sana-sini.
Akan tetapi, ternyata Kaisar Kian Liong yang muda itu memilih untuk menjadi pelindung rakyat dan menghadapi para koruptor dan penindas dengan kekerasan dan keadilan. Inilah yang membuat rakyat mendukungnya dan para pendekar di empat penjuru juga mendukungnya. Kenyataan inilah yang membuat pemerintahannya menjadi kuat. Sejarah menyatakan bahwa dengan dukungan rakyat jelata, pemerintah menjadi kuat, sebaliknya kalau ditentang rakyat, hanya mengandalkan bala tentara saja, pemerintah akan menjadi rapuh.
Kaisar Kian Liong pada waktu itu, kurang lebih tahun 1740 setelah lima tahun dia menjadi kaisar, seolah-olah merupakan bintang yang mengeluarkan sinar terang. Sinarnya menerangi hati rakyat sampai jauh ke pelosok-pelosok, bahkan sinar itu terasa sekali di tempat yang terpencil sekalipun, seperti di Pulau Es.
Pulau Es adalah sebuah pulau terpencil jauh di utara, sebuah pulau di antara ribuan pulau kecil yang berserakan di sekitar Lautan Kuning, Lautan Timur dan Lautan Jepang. Pulau Es ini merupakan pulau rahasia dan jarang ada manusia yang tahu di mana letaknya yang tepat, jarang pula ada yang pernah menyaksikannya, apalagi mendarat di sana.
Akan tetapi namanya sudah terkenal sekali, terutama di kalangan para pendekar di dunia kangouw. Bahkan Pulau Es menjadi semacam dongeng bagi mereka, menjadi semacam nama yang mereka kagumi, hormati, akan tetapi juga takuti. Siapakah orangnya yang tidak segan dan gentar mendengar nama Pulau Es, yang menjadi tempat Istana Pulau Es dengan penghuninya Pendekar Super Sakti atau juga Pendekar Siluman, penghuni Pulau Es? Pendekar ini yang namanya Suma Han, memiliki kesaktian seperti dewa dalam dongeng, pernah menggegerkan dunia kang-ouw dan karena dia merupakan seorang pendekar sejati yang bijaksana dan budiman, maka dia dipuja-puja oleh para pendekar sebagai seorang datuk yang dikagumi.
Para pembaca dari cerita-cerita terdahulu yang menjadi serial dari kisah mengenai Pulau Es tentu telah mengenal siapa itu Pendekar Super Sakti Suma Han yang hidup dengan tenteram dan tenang di Pulau Es bersama kedua orang isterinya yang tercinta. Isterinya yang pertama adalah Puteri Nirahai, seorang puteri berdarah keluarga Kaisar Mancu yang amat gagah perkasa dan agung, yang karena cinta kasihnya yang mendalam terhadap suaminya, telah rela meninggalkan kehidupan di istana sebagai puteri dan juga sebagai panglima yang banyak jasanya, rela hidup di tempat sunyi itu bersama suami dan madunya.
Madunya itu, isteri ke dua dari Pendekar Super Sakti, juga bukan orang sembarangan.
Wanita ini namanya Lulu, sebenarnya juga seorang puteri Bangsa Mancu walaupun bukan keluarga kaisar seperti Puteri Nirahai. Juga Lulu ini memiliki kepandaian yang hebat karena ia pernah menjadi majikan Pulau Neraka! Dalam hal ilmu silat, agaknya ia tidak kalah jauh dibandingkan dengan madunya itu, apalagi setelah keduanya menjadi isteri Pendekar Super Sakti dan menerima bimbingan sang suami yang memiliki kepandaian seperti dewa itu.
Bagaimanakah Suma Han dapat hidup bersama dua orang isterinya dalam keadaan rukun dan tenteram? Mengapa kedua orang isterinya itu tidak saling cemburu atau iri? Dapatkah Pendekar Super Sakti Suma Han membagi-bagi cinta kasihnya kepada dua orang isterinya itu?
Sesungguhnya, tidak mungkin cinta kasih dibagi-bagi! Cinta kasih itu memancar dari batin dan terasa oleh siapapun juga. Demikian pula cinta kasih Suma Han terhadap dua orang isterinya, sebulat hatinya dan tidak berat sebelah. Kedua orang wanita itu merasa benar akan hal ini dan oleh karena itu merekapun tidak pernah merasa iri atau cemburu.
Bahkan kedua orang wanita ini saling mencinta seperti kakak beradik sendiri saja. Tidak ada keinginan untuk mengejar pemuasan kesenangan dirinya sendiri saja bagi cinta kasih.
Yang ada hanyalah kemesraan, belas kasih, dan kalaupun ada suatu keinginan, kalau boleh dinamakan keinginan, maka keinginan itu mungkin hanya satu, yakni ingin melihat orang yang dikasihinya itu berbahagia! Hanya orang yang memiliki sinar cinta kasih di dalam batinnya sajalah yang akan mengenal cinta kasih, yang akan mengenal kebahagiaan dalam hidupnya. Bahagia adalah tidak adanya sedikitpun konflik batin atau konflik lahir. Bahagia adalah keadaan bebas dari ikatan apapun juga, jadi batinnya hening dan tidak mempunyai apa-apa walaupun boleh jadi secara lahiriah dia memiliki segalanya. Dan karena batin tidak memiliki apa-apa, tidak terikat apa-apa inilah maka dia telah memiliki segala-galanya!
Siapakah sebenarnya pendekar yang disebut Pendekar Super Sakti, atau Pendekar Siluman, atau juga Tocu (Majikan) Pulau Es itu? Orang macam apakah dia itu? Suma Han adalah seorang yang kini telah tua sekali.Usianya telah mendekati seratus tahun, atau tepatnya sembilan puluh lima tahun! Seorang kakek yang bertubuh tinggi sedang, perutnya tidak gendut, kaki tangannya masih nampak kokoh kuat walaupun kakinya hanya sebelah saja. Kaki kirinya buntung sebatas paha dan untuk melangkah dia dibantu oleh tongkat. Rambutnya panjang terurai, tidak pernah digelung, dibiarkan terurai di pundak.
Akan tetapi rambut itu terpelihara sekali, bersih dan halus seperti benang-benang perak yang mengkilap kalau tertimpa cahaya matahari. Selain rambutnya, juga alisnya, kumis dan jenggotnya semua telah putih. Tidak ada sehelaipun yang hitam. Namun wajahnya masih nampak segar kemerahan, matanya masih awas dan tajam pandangannya, walaupun bersinar lembut sekali. Pendengarannya masih amat baik, juga giginya tidak ompong.
Pendeknya panca indranya masih tidak banyak menurun, masih kuat. Kesehatannya memang amat mengagumkan. Tidak pernah dia sakit. Tentu saja, usia tua telah membuat tubuhnya agak layu dan tenaga otot dan tulangnya tidaklah sekuat dahulu lagi. Pakaiannya sederhana, akan tetapi selalu bersih dan rapi berkat rawatan kedua orang isterinya yang amat mencintanya. Dan dalam usia hampir satu abad itu, harus diakui bahwa masih membayang bekas ketampanan wajah pendekar ini.
Pendekar tua ini dihormati dan disegani oleh semua tokoh kang-ouw karena dia memang lihai bukan main. Banyak sekali ilmu-ilmu silat tinggi yang dikuasainya, di antaranya yang hebat-hebat adarah Ilmu Hwi-yang Sin-ciang (Tangan Sakti Inti Api), Swat-im Sin-ciang (Tangan Sakti Inti Salju), Siang-mo Kiam-sut (Ilmu Pedang Sepasang Iblis) yang dimainkan dengan tongkatnya, dan terutama sekali Ilmu Soan-hong Lui-kun (Silat Sakti Badai Petir) yang membuat tubuhnya dapat bergerak sedemikian cepatnya seperti pandai menghilang saja. Dan di samping ilmu silat tinggi yang banyak ragamnya, juga pendekar ini mempunyai kekuatan sihir yang luar biasa, yang membuat dia dijuluki Pendekar Siluman!
Isterinya yang pertama, Puteri Nirahai juga sudah tua sekali, selisihnya hanya beberapa tahun dengan suaminya. Nirahai ini berdarah Mancu aseli, dan sudah beberapa kali namanya menjadi terkenal ketika ia menjadi panglima dan menggerakkan pasukan pemerintah menumpas pemberontakan-pemberontakan dengan hasil baik. Ia bukan saja pandai ilmu silat, akan tetapi juga mahir dalam ilmu perang. Ia mewarisi ilmu-ilmu dari dua orang pendekar wanita yang berjuluk Mutiara Hitam dan Tok-siauw-kwi yang menjadi ibu kandung Pendekar Suling Emas, maka Nirahai ini amat lihai dengan Ilmu-ilmu Sin-coa-kun (Ilmu Silat Ular Sakti), Pat-mo Kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Setan), Pat-sian Kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Dewa) yang digabungnya dengan Pat-mo Kiam-hoat, juga senjata rahasianya Siang-tok-ciam (Jarum Beracun Harum) amat berbahaya.
Di waktu mudanya, Nirahai cantik sekali, dengan pakaian bergaya Mancu dan topi bulu selalu menghias rambut kepalanya yang dahulunya panjang dan hitam berombak akan tetapi sekarang telah menjadi putih itu. Dan di dalam usianya yang sembilan puluh tahun lebih, ia masih belum kehilangan kerampingan tubuhnya dan kecantikan wajahnya masih membayang pada garis-garis mukanya. Wataknya halus akan tetapi tegas, agung dan agak tinggi hati karena ia memiliki darah bangsawan tinggi di tubuhnya.
Isteri ke dua yang bernama Lulu, sesungguhnya tidak dapat dikatakan isteri pertama atau ke dua di antara kedua wanita ini karena mereka tidak merasa berbeda dalam tingkat menjadi isteri-isteri Pendekar Super Sakti, juga merupakan seorang nenek yang luar biasa lihainya. Karena ia pernah menjadi ketua Pulau Neraka, maka sampai tuapun Lulu lebih suka mengenakan pakaian serba hitam yang sederhana namun bersih dan rapi. Ia juga berdarah Mancu yang lihai sekali karena ia telah mewarisi ilmu-ilmu simpanan dari Pendekar Suling Emas, terutama sekali Ilmu Hong-in Bun-hoat (Silat Sastera Hujan Angin) dan Toat-beng Bian-kun (Silat Lemas Pencabut Nyawa), dua ilmu yang berasal dari manusia dewa Bu Kek Siansu. Watak Lulu ini keras dan ganas, namun ia berjiwa pendekar dan dalam membela keadilan ia seperti seekor naga betina yang pantang undur.
Di waktu mudanya, ia pernah meliar sampai menjadi ketua Pulau Neraka, akan tetapi akhirnya ia dapat “dijinakkan” oleh Pendekar Super Sakti dan menjadi isterinya. Usianya hanya setahun lebih muda dari Nirahai, sehingga ia kini sudah berusia sembilan puluh tahun dan menjadi seorang nenek yang gerak-geriknya masih gesit.
Demikianlah keadaan suami isteri yang sudah tua renta itu. Karena mereka sudah tua, mereka tidak mau lagi memusingkan diri dengan urusan dunia dan sudah bertahun-tahun mereka bertiga tidak meninggalkan Pulau Es, hidup tenteram dan tenang di tempat terasing itu, dan setiap hari lebih banyak duduk bersamadhi di kamar masing-masing. Urusan rumah tangga ditangani oleh keluarga yang lebih muda, yaitu tiga orang cucu mereka yang tinggal di Pulau Es untuk belajar ilmu dari kakek dan nenek-nenek mereka.
Bagi para pembaca yang telah mengenal keluarga Pu1au Es, tentu tahu bahwa Puteri Nirahai dan Suma Han mempunyai seorang putera yang bernama Suma Kian Bu yang juga pernah menggemparkan dunia kang-ouw dengan sepak terjangnya sehingga dia mendapatkan julukan Pendekar Siluman Kecil! Pendekar ini, selain mewarisi ilmu-ilmu dari Pulau Es, juga mempunyai sebuah ilmu yang membuat dia terkenal sekali, yaitu Ilmu Sin-ho Coan-in, dan juga Ilmu Jouw-sang-hui-teng (Terbang Di Atas Rumput).
Suma Kian Bu ini menikah dengan seorang pendekar wanita pula bernama Teng Siang In yang pandai ilmu silat dan ilmu sihir. Suami isteri pendekar ini sekarang tinggal di lembah Sungai Huang-ho, di luar kota Cin-an, di dusun dekat hutan yang sunyi dan indah, hidup tenteram sebagai petani yang juga berdagang rempah-rempah dan hasil bumi ke kota Cin-an. Mereka hanya mempunyai seorang putera yang kini telah berusia sepuluh tahun, bernama Suma Ceng Liong.
0 Response to "Kisah Para Pendekar Pulau Es Jilid 001"
Posting Komentar