Suling Emas & Naga Siluman Jilid 193

Akan tetapi Kang Bu diam-diam bersyukur bahwa murid keponakannya itu tidak sampai tewas di tangan orang-orang yang lihai itu. Bagaimanapun juga, dia akan merasa menyesal kalau sampai murid keponakan itu, pewaris nenek moyangnya, sampai mati konyol.

Empat orang datuk itu tidak mengejar terus. Betapapun juga, tiga orang anggauta keluarga Lembah Suling Emas telah berada di tangan mereka dan melalui tiga orang tawanan ini, mereka dapat menguasai pusaka-pusaka dari lembah itu. Maka, tanpa banyak cakap Hek-i Mo-ong lalu memberi perintah kepada kawan-kawan guru silat Koa untuk mengangkat tiga orang yang sudah tertotok itu dan membawa mereka ke tempat persembunyian mereka, di rumah guru silat Koa Cin Gu.

Hong Bu berlari terus secepatnya, mengerahkan seluruh ilmu gin-kangnya. Dia sudah terluka dan banyak darah mengalir dari pundaknya, akan tetapi dia harus dapat melarikan diri. Kalau dia sampai tertawan pula, maka habislah harapannya untuk dapat menolong tiga orang itu. Maka, dia memaksa tenaganya yang mulai lemah dan barulah setelah dia melihat bahwa dirinya tidak dikejar musuh, dan dia tiba di lereng sebuah bukit, tubuhnya terguling di bawah sebuah bukit, tubuhnya terguling di bawah pohon besar di mana dia duduk terengah-engah lalu dia bersila dan mengatur pernapasan untuk mengembalikan tenaganya yang hampir habis.

Melawan empat orang tadi sungguh terasa amat berat dan dia tadi telah mengerahkan seluruh sin-kangnya sehingga setelah berlari secepat itu, dia merasa tenaganya hampir habis dan napasnya hampir putus.

Setelah bersamadhi kurang lebih sejam lamanya, barulah pernapasannya menjadi tenang kembali dan perlahan-lahan dia berhasil menghimpun tenaga murni di lereng gunung yang sejuk bersih itu, tenaganya pun berangsur-angsur pulih kembali dan dia sudah mempergunakan kekuatan dalam untuk menghentikan darahnya yang mengucur keluar.

Dalam kedaan hening itu, Hong Bu melupakan segala-galanya, melupakan keadaan tiga orang yang tertawan, karena kalau pikirannya terganggu, tentu dia tidak mungkin dapat mengosongkan dan mengheningkan batinnya.

“Hong Bu....!”

Pemuda itu terkejut. Dalam keadaannya seperti tadi, kalau tiba-tiba yang datang itu musuh dan menyerangnya, dia pasti celaka. Dia cepat membuka mata dan ketika dia melihat siapa orangnya yang datang, hatinya merasa girang sekali dan dia pun segera bangkit.

“Cin Liong....! Ah, hanya Tuhan yang membimbingmu datang kepadaku pada saat seperti ini, Cin Liong!”






Dia pun memegang tangan bekas lawan yang telah menjadi sahabat baik yang dikaguminya itu. Semenjak dia berlawan tangan dengan jenderal muda ini dan merasakan betapa lihainya jenderal muda ini, dia merasa kagum sekali. Apa pula setelah dia mendapatkan kenyataan bahwa pertentangan di antara mereka sebagai buronan dan pengejaran telah habis dengan adanya pengumuman kaisar baru bahwa pedang pusaka Koai-liong Po-kiam dinyatakan sebagai miliknya yang syah.

Seperti kita ketahui, Cin Liong lari meninggalkan Ci Sian setelah dia mendapat kenyataan bahwa dara yang dicintanya dan dipinangnya itu ternyata telah jatuh cinta kepada pria lain, bahkan kepada suhengnya sendiri, kepada Kam Hong, pendekar yang dikaguminya itu. Hal ini dapat dilihatnya dengan jelas ketika gadis itu marah-marah karena lamarannya, marah kepada suhengnya. Dia segera dapat menduga apa yang terjadi antara kedua orang suheng dan sumoi itu. Dia tahu bahwa Ci Sian mencinta Kam Hong, dan dia dapat menduga pula dengan hati kagum bahwa Kam Hong juga mencinta sumoinya, akan tetapi dengan cinta yang demikian suci murninya, sehingga Kam Hong rela menyampaikan pinangan pria lain kepada sumoinya itu. Sikap Kam Hong ini membuat Cin Liong merasa terpukul dan malu kepada diri sendiri, rnaka dia pun lalu minta maaf dan melarikan diri.

Ketika dia melihat seorang pemuda duduk bersila, dia merasa terheran-heran, lalu didekatinya pemuda itu. Giranglah hatinya ketika dia mengenal pemuda itu yang bukan lain adalah Sim Hong Bu, sahabat baru bekas lawan yang dikaguminya karena kelihaiannya dan juga kejujurannya itu.

“Apakah yang terjadi, Hong Bu? Wajahmu agak pucat dan engkau gelisah.... dan pundakmu luka! Apa yang telah terjadi?” tanya Cin Liong sambil membalas pegangan tangan sahabat barunya itu.

Hong Bu lalu menceritakan tentang Cu Kang Bu, Yu Hwi, dan Pek In yang tertawan oleh empat orang datuk sesat itu.

“Aku mohon bantuanmu, Cin Liong. Tanpa bantuanmu, aku tidak tahu bagaimana aku dapat menyelamatkan mereka.” Hong Bu mengakhiri ceritanya.

Cin Liong terkejut bukan main. Tiga orang dari Im-kan Ngo-ok muncul lagi! Dan malah ditambah seorang datuk yang telah lama dikenalnya sebagai seorang penjahat yang sakti, yaitu Hek-i Mo-ong yang pernah menguasai daerah Sin-kang di barat dengan gerombolannya, yaitu gerombolan Hek-i-mo yang amat terkenal itu.

“Jangan khawatir, Hong Bu. Aku tentu membantumu. Akan tetapi di manakah mereka berada? Dan.... keluarga Cu itu, apakah tidak berbahaya sekali tertawan oleh mereka? Tiga orang dari Im-kan Ngo-ok itu adalah manusia-manusia busuk yang amat kejam.”

“Aku tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan mereka,” kata Hong Bu. “Aku tahu bahwa mereka sengaja menawan keluarga Cu karena mereka menghendaki pusaka-pusaka Lembah Naga Siluman. Tentu mereka tidak akan mengganggu keluarga Cu untuk sementara waktu ini. Dan menurut penuturan Sumoi Cu Pek In, agaknya kita akan bisa menemukan tempat persembunyian mereka melalui seorang guru silat bernama Koa Cin Gu yang tinggal di Lo-couw. Mari kita menyelidiki ke sana.”

“Baik, mari kita cepat pergi. Aku khawatir sekali akan keadaan keluarga Cu,” jawab Cin Liong dan dua orang pemuda perkasa itu, lalu berangkat menuju ke kota Lo-couw yang tidak jauh dari situ letaknya.

Dalam perjalanan itu Cin Liong menghibur hati Hong Bu dan mengatakan bahwa dia pasti akan dapat menghancurkan persekutuan penjahat itu dan dia akan minta bantuan pasukan keamanan di kota Lo-couw untuk membantunya mengepung sarang penjahat.

“Tiga orang Im-kan Ngo-ok itu memiliki ilmu kepandaian tinggi dan aku dapat menduga bahwa Hek-i Mo-ong tentu juga lihai sekali.”

“Kakek itu lebih lihai daripada mereka bertiga,” kata Hong Bu.

“Hemm, mungkin bagi kita berdua tidak akan mudah mengalahkan mereka berempat, akan tetapi dengan bantuan pengepungan pasukan, tentu setidaknya keluarga Cu akan dapat diselamatkan dan dibebaskan.”

“Kalau saja kita dapat lebih dulu membebaskan Cu Kang Bu Susiok, kita bertiga dengan dia tentu akan mampu menandingi mereka berempat.”

“Sebaiknya kita menggunakan siasat memancing harimau-harimau keluar dari sarangnya, Hong Bu. Biar kukerahkan pasukan untuk menyerbu dan pada saat mereka sibuk menghadapi pasukan, kita menyelinap masuk untuk lebih dahulu membebaskan keluarga Cu,” kata Cin Liong.

“Terserah kepadamu, dalam keadaan seperti ini aku hanya dapat mengharapkan bantuanmu.”

Ketika mereka tiba di Lo-couw, Cin Liong langsung mencari markas pasukan keamanan dan menemui komandannya. Ketika komandan mengenal Cin Liong sebagai Jenderal Muda Kao yang terkenal, tentu saja dia terkejut dan menyambut dengan sikap amat hormat. Cin Liong lalu mencari keterangan tentang guru silat Koa Cin Gu dan dengan mudah mendapat keterangan di mana guru silat itu tinggal. Kiranya kehadiran para datuk itu merupakan rahasia dan tidak diketahui orang di Lo-couw.

Cin Liong memerintahkan kepada komandan itu untuk menyiapkan sepasukan perajurit dan mengepung rumah guru silat itu dari jarak agak jauh, menanti tanda darinya, sedangkan dia sendiri berdua dengan Hong Bu lalu melakukan penyelidikan ke rumah guru silat yang cukup besar dan dikelilingi pagar tembok yang tinggi itu. Senja telah mendatang dan cuaca mulai menjadi gelap ketika mereka tiba di luar pagar tembok, di mana pintu gerbangnya telah tertutup dan tidak nampak seorang pun di luar pintu. Hanya dapat terdengar suara orang-orang di dalam pintu, mungkin suara para anak buah guru silat yang melakukan penjagaan.

Dua orang muda perkasa itu tidak mau lancang turun tangan, karena mereka harus yakin dulu bahwa empat orang datuk itu benar-benar berada di situ, dan terutama sekali bahwa keluarga Cu Juga tertawan di tempat itu. Kalau tidak demikian, mereka akan menangkap guru silat Koa dan memaksanya mengaku di mana tawanan disembunyikan dan di mana pula adanya para datuk kaum sesat itu! Dan untuk ini tentu saja tidak perlu dikerahkan pasukan yang telah dipersiapkan itu.

Mereka menanti sampai cuaca menjadi gelap betul dan ketika mereka sedang menyelinap di luar tembok, tiba-tiba mereka melihat berkelebatnya bayangan dua orang di depan.

Tentu saja keduanya terkejut melihat betapa cepat dan ringannya gerakan dua orang di depan itu. Karena menduga bahwa tentu dua orang itu adalah dua di antara para datuk yang sedang mereka cari, mereka cepat menyelinap ke depan untuk mengejar. Akan tetapi bayangan dua orang di depan itu telah lenyap, padahal jelas bahwa dua orang itu tadi belum meloncat ke sebelah dalam pagar tembok.

“Aneh,” bisik Hong Bu. “Kalau mereka itu orang dalam, mengapa mereka bergerak di luar pagar tembok, dan bukan langsung masuk melalui pintu gerbang?”

“Siapa pun adanya mereka, kita harus mengetahui dengan jelas sebelum turun tangan,” bisik Cin Liong.

Karena dua orang itu lenyap, Hong Bu dan Cin Liong melanjutkan perjalanan mereka untuk memeriksa keadaan sekeliling pagar tembok itu, untuk mencari jalan masuk yang baik dan tepat sambil menanti cuaca sampai gelap benar. Akan tetapi, ketika mereka melalui semak-semak tiba-tiba ada dua sosok tubuh orang menerjang mereka dari balik semak-semak itu. Gerakan dua orang itu sedemikian cepatnya sehingga Hong Bu dan Cin Liong terpaksa bergerak cepat pula dan sambil mengerahkan tenaga mereka menangkis lengan mereka yang bergerak untuk menotok.

“Dukkk!”

“Desss....!”

Empat orang itu terdorong mundur dan semua merasa kaget bukan main ketika mendapat kenyataan betapa kuatnya tenaga pihak lawan. Akan tetapi, mereka menjadi semakin kaget, heran dan juga gembira setelah saling mengenal. Kiranya dua orang itu bukan lain adalah Kam Hong dan Ci Sian! Melihat mereka seketika wajah Cin Liong menjadi kemerahan karena merasa malu, akan tetapi sebaliknya Hong Bu menjadi girang bukan main.

Di lain pihak, Kam Hong dan Ci Sian juga terkejut melihat dua orang pemuda itu yang baru mereka kenal setelah mereka bertanding tangan tadi karena cuaca sudah mulai gelap.

“Saudara Sim Hong Bu dan Kao Cin Liong!” seru Kam Hong dengan mata terbelalak lebar. “Kiranya kalian ini! Kami sangka peronda!”

Sementara itu, Ci Sian hanya memandang kepada dua orang pemuda itu dengan wajah kemerahan. Dua orang pemuda yang baru saja mengajukan pinangan kepadanya!

“Mari kita bicara agak jauh dari sini” bisik Hong Bu sambil meloncat pergi dan yang lain mengikutinya.

Setelah tiba di tempat agak jauh dari pagar tembok, Hong Bu lalu menjura kepada Kam Hong dan Ci Sian, lalu berkata,

“Sungguh beruntung sekali aku dapat bertemu dengan Ji-wi di sini, seolah-olah Ji-wi dituntun oleh Tuhan untuk membantuku, setelah Jenderal Kao Cin Liong juga datang membantuku.”

Lalu dengan singkat namun jelas Hong Bu menceritakan tentang rombongannya yang berjumpa dengan tiga orang datuk Imkan Ngo-ok dan Hek-i Mo-ong dan betapa keluarga Cu telah ditawan oleh empat orang datuk sesat itu.

“Aku seorang diri tidak mampu melawan mereka dan terpaksa melarikan diri,” Hong Bu mengakhiri ceritanya, “Dan kebetulan sekali aku berjumpa dengan Cin Liong. Malam ini kami melakukan penyelidikan untuk melihat apakah benar empat orang datuk itu berada di sini dan apakah keluarga Cu ditawan di tempat ini. Ketika kami melihat bayangan Ji-wi, kami mengira Ji-wi adalah dua orang di antara mereka.”

“Dan bagaimanakah Kam-taihiap dan Nona Bu dapat berada di sini?” Cin Liong bertanya.

Melihat sikap dua orang pemuda itu biasa saja, seolah-olah tidak ada kandungan penyesalan hati sedikit pun tentang peristiwa penolakan pinangan mereka terhadap Ci Sian, hati Kam Hong merasa girang dan juga kagum sekali. Mereka sungguh patut menjadi pendekar-pendekar muda yang gemblengan, tidak mudah menaruh dendam pribadi. Juga Ci Sian merasa lega melihat sikap mereka.

“Kebetulan sekali ketika kami lewat di sini, kami melihat berkelebatnya bayangan Hek-i Mo-ong memasuki rumah ini. Kami merasa curiga dan terheran-heran bagaimana datuk itu tiba-tiba muncul di tempat ini, maka kami lalu mengambil keputusan untuk melakukan penyelidikan, kalau perlu membasmi kakek iblis itu. Dan baru saja kami melakukan penyelidikan, kami melihat kalian berdua dan mengira bahwa kalian adalah peronda atau anak buah Koa-kauwsu,” Kam Hong menjelaskan.

Suling Emas & Naga Siluman







Related Posts:

0 Response to "Suling Emas & Naga Siluman Jilid 193"

Posting Komentar