“Tahan senjata! Kami hendak bicara!”
Empat orang pendekar muda itu menahan senjata mereka dan Kam Hong mewakili teman-temannya, sambil melintangkan suling emas di depan dada dia pun menegur,
“Hek-i Mo-ong, engkau hendak bicara dan menggunakan kecurangan apa lagi?”
Wajah kakek itu berubah merah. Teringat dia bahwa dia pernah melukai pemuda luar biasa ini, akan tetapi hal itu dilakukannya karena dia main curang, yaitu pada saat Kam Hong melawan delapan orang muridnya, ialah Hek-i Pat-mo dan ketika pendekar ini terdesak delapan orang itu, dia turun tangan membantu murid-muridnya sehingga Kam Hong menderita luka dalam yang cukup parah.
“Bocah she Kam! Kalau memang kalian adalah orang-orang muda yang gagah perkasa dan mengaku sebagai pendekar-pendekar sakti, mari kita melakukan pertandingan satu lawan satu tanpa pengeroyokan dan tanpa mengandalkan bantuan. Kita masing-masing mengadakan pertandingan satu lawan satu sampai mati dan tidak boleh ada orang lain yang membantu. Nah, bagaimana? Apakah kalian berempat berani menyambut tantangan kami berempat?”
Kam Hong mengerutkan alisnya dan memandang kepada tiga orang kawannya. Dia melihat betapa Ci Sian, Hong Bu, dan Cin Liong mengangguk kepadanya, dan dia sendiri pun percaya sepenuhnya bahwa tiga orang muda itu cukup tangguh dan kuat untuk melawan tiga orang datuk dari Im-kan Ngo-ok maka ia pun menjawab dengan lantang,
“Baik, Hek-i Mo-ong. Kami berempat menerima tantangan kalian!”
Thio-ciangkun lalu membuat lingkaran dengan pasukannya, lingkaran yang cukup luas di pekarangan rumah itu, dan memasang obor yang cukup banyak sehingga tempat itu menjadi terang dan merupakan gelanggang pertandingan yang di pagari pasukan. Cu Kang Bu dan Yu Hwi yang sudah selesai membasmi Koa-kauwsu dan anak buahnya itu pun kini berdiri menonton dengan penuh kepercayaan terhadap empat orang muda yang sakti itu, hanya Cu Pek In yang mengerutkan alisnya dan merasa khawatir.
“Bagus! Kami akan mengajukan jago pertama kali. Sam-ok, majulah!” kata Hek-i Mo-ong.
Sam-ok Ban Hwa Sengjin, bekas Koksu Nepal yang nama aselinya Lakshapadma itu segera melangkah maju ke tengah lapangan. Dia pun maklum bahwa jalan keluar tidak ada, maka tindakan Hek-i Mo-ong itu dianggapnya tepat. Hanya melalui pertandingan perorangan maka mereka memperoleh kesempatan untuk lolos, asal dapat memenangkan lawan. Dan bagaimana pun lihainya, empat orang lawan itu hanyalah orang-orang muda yang tentu masih jauh kurang pengalamannya dibandingkan dengan mereka berempat.
Dia maju dengan tenang. Kakek raksasa yang kepalanya botak ini nampak gagah dengan mantelnya yang merah, dan kini dia menanggalkan mantel merahnya dan melemparkan mantel itu kepada Ji-ok. Dia sendiri dengan kedua kaki terpentang lebar, kedua lututnya agak ditekuk dan kedua lengannya membuat silang di depan dada, yang kanan miring di depan dahi, yang kiri miring di depan dada, sikapnya seperti seorang pendeta sedang melakukan sembahyang dengan sikap aneh.
“Biar aku yang menghadapi tua bangka Nepal ini!” kata Kao Cin Liong dan majunya Cin Liong melegakan hati Kam Hong.
Dibandingkan dengan Cin Liong, mungkin sumoinya masih kalah, dan biarpun di pihak musuh Sam-ok merupakan orang terakhir, namun dia tahu bahwa bekas Koksu Nepal ini mempunyai banyak tipu muslihat sehingga kalau Ci Sian yang melayani dia, hal itu amat berbahaya. Berbeda kalau Cin Liong yang menyambut kakek itu, karena biarpun masih muda, namun Cin Liong juga seorang yang memiliki banyak pengalaman dan mengenal banyak siasat-siasat licik pihak musuh.
“Baiklah, Saudara Kao Cin Liong. Kau lawan Sam-ok dan hati-hatilah terhadap akal busuk!” kata Kam Hong.
Cin Liong melangkah maju dengan tenang. Di bawah sinar obor yang banyak dinyalakan itu, pemuda ini nampak tegap dan gagah perkasa sekali. Wajahnya yang bundar itu nampak halus dan tampan, sepasang matanya yang lebar bersinar-sinar dan tahi lalat kecil di bawah telinga kirinya itu menambah kewibawaannya. Ketenangan pemuda ini nampak pada senyumnya, seolah-olah dia sama sekali tidak merasa jerih menghadapi lawan yang sudah amat tersohor karena kelihaiannya ini.
Masih begitu muda sudah memperoleh kepercayaan Kaisar, maka dapat dibayangkan betapa hebatnya pemuda ini. Sam-ok juga merasa agak terkejut ketika melihat bahwa jenderal muda itu yang maju. Dia tahu akan kelihaian pemuda ini. Baru mengingat bahwa pemuda ini adalah putera tunggal dari Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir saja sudah membuat dia menjadi agak ngeri. Akan tetapi, dia segera dapat mengusir perasaan ini dengan keyakinan akan kepandaian sendiri.
Betapapun juga, pemuda ini bukanlah Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir, pikirnya, melainkan seorang yang masih muda dan tentu masih hijau pula dalam pengalaman.
“Ha-ha-ha!” Sam-ok tertawa bergelak untuk membesarkan hati. “Inikah Jenderal Muda Kao Cin Liong yang terkenal itu? Ha-ha, orang muda, sudah rela benarkah engkau untuk mati konyol maka engkau berani melawanku?”
“Ban Hwa Sengjin! Engkau telah berdosa terhadap pemerintah dan negara ketika engkau menjadi Koksu Nepal, dan engkau berdosa terhadap rakyat ketika engkau menjadi Sam-ok. Dosamu sudah terlampau bertumpuk, terlampau banyak maka sudah sewajarnyalah kalau sekarang engkau menerima hukuman dari tanganku sendiri! Majulah!”
Sebelum maju tadi Cin Liong telah menitipkan pedangnya kepada Hong Bu dan kini dia menghadapi lawan dengan tangan kosong. Dia tahu bahwa Sam-ok adalah seorang yang memiliki ilmu silat yang sudah agak tinggi tingkatnya maka datuk ini tidak lagi mengandalkan senjata. Dan karena dia sendiri pun murid ayah kandungnya yang memiliki ilmu silat tangan kosong pula, maka dia menghadapi lawan dengan tangan kosong. Dia berdiri tegak lurus, mula-mula kedua lengannya tergantung lurus di kanan kiri, lalu diangkatnya sampai ke pinggang dengan jari-jari terbuka dan ibu jari ditekuk ke telapakan, perlahan-lahan lengannya diangkat ke atas lalu setelah sampai di atas kepala ditarik ke bawah sambil mengerahkan tenaga sin-kang. Kedua lengannya itu nampak tergetar halus, dan kini tubuhnya penuh dengan saluran sin-kang yang dahsyat!
Sam-ok mengeluarkan suara menggereng dan karena gerengan ini mengandung getaran tenaga khi-kang yang amat kuat, maka para perajurit yang mengepung tempat itu untuk nonton perkelahian itu menjadi terkejut dan tubuh mereka menggigil. Sam-ok menyusul gerengannya ini dengan terjangan dahsyat, kedua lengannya yang panjang dan besar itu bergerak cepat dan tahu-tahu dia telah mengirim serangan beruntun sampai empat kali, memukul dengan kedua tangan dari atas ke bawah disusul cengkeraman dari kanan kiri.
Cin Liong juga bergerak cepat, kedua lengannya sudah menangkis dua pukulan pertama dan menghadapi cengkeraman dari kanan kiri itu dia meloncat ke belakang sambil membalik dan tiba-tiba saja tubuhnya berputar dan dia pun sudah membalas dengan sebuah tendangan kilat yang mengarah dagu lawan. Ketika Sam-ok menggerakkan tangan hendak menangkap kaki yang menendangnya, Cin Liong menarik kembali kakinya dan tubuhnya meluncur ke depan, tangan kanan menotok ke arah pusar dan tangan kiri mencengkeram ke arah ubun-ubun kepala botak itu! Dia telah mulai menggunakan jurus-jurus dari Ilmu Silat Sin-liong Ciang-hoat yang hebat. Karena dia tahu bahwa lawannya adalah seorang yang lihai, maka pemuda ini tidak mau membuang waktu dengan mengeluarkan ilmu silat lain, melainkan langsung mengeluarkan ilmu ciptaan kakek gurunya, yaitu Si Dewa Bongkok itu.
Sesungguhnya Ilmu Sin-liong Ciang-hoat asalnya adalah ilmu ciptaan Dewa Bongkok yang khas, yaitu untuk seorang yang berlengan tunggal. Akan tetapi Kao Kok Cu, Si Naga Sakti Gurun Pasir telah menyempurnakan ilmu tangan kosong ini untuk puteranya, sehingga kini yang dikuasai oleh Kao Cin Liong adalah ilmu silat tangan kosong yang cocok untuk di mainkan oleh seorang yang berlengan utuh, walaupun dasarnya masih ilmu aseli.
Justeru karena dasarnya adalah ilmu silat yang tadinya diperuntukkan seorang yang berlengan buntung, maka setelah kini dimainkan oleh Cin Liong, gerakan-gerakannya amat aneh dan tak dapat diduga-duga oleh musuh. Kadang-kadang pemuda itu hanya menggerakkan tangan kanannya saja, dan tangan kirinya bergantung mati, akan tetapi pada detik-detik yang sama sekali tidak disangka oleh lawan, tiba-tiba saja tangan kirinya bergerak mengirim serangan susulan, serangan maut yang amat dahsyat, lebih dahsyat daripada serangan-serangan tangan kanannya!
Biarpun Sam-ok seorang yang tinggi ilmunya, namun menghadapi ilmu silat ini dia merasa bingung juga sehingga setelah lewat lima puluh jurus, dia kurang cepat mengelak dan tamparan tangan kiri yang tadinya tergantung mati itu sempat mengenai pundak kanannya, membuat tubuh yang tinggi besar itu terhuyung ke belakang. Sam-ok meloncat untuk mengatur keseimbangan badannya dan mulutnya menyeringai menahan rasa nyeri yang membuat separuh tubuhnya sebelah kanan seperti lumpuh sejenak.
“Haiiiikkk!” Tiba-tiba Sam-ok menubruk ke depan.
Cin Liong mengelak dengan loncatan ke kiri, akan tetapi tiba-tiba dari lengan baju yang lebar itu meluncur sinar-sinar hitam yang lembut menuju ke seluruh tubuh Cin Liong dari atas ke bawah! itulah jarum-jarum rahasia beracun yang dilepas dari jarak dekat sekali!
Dan ini merupakan satu di antara kecurangan-kecurangan Sam-ok. Akan tetapi, sejak tadi Cin Liong memang sudah waspada terhadap serangan gelap, maka begitu melihat sinar hitam menyambar dia sudah meloncat tinggi sehingga semua jarum lewat di bawah kakinya. Cin Liong bukan sembarangan meloncat, melainkan meloncat ke depan dan kini dari atas dia terjun menyerang ke arah kepala lawan dengan menggunakan kedua kakinya!
Sam-ok terkejut bukan main. Tak disangkanya bahwa pemuda itu selain dapat menghindarkan semua jarumnya, juga memiliki gin-kang sedemikian hebatnya sehingga sambil mengelak kini bahkan langsung menyerang. Cepat dia secara terpaksa menggulingkan tubuhnya ke atas tanah sehingga serangan dari atas itu pun tidak mengenai sasaran dan begitu dia meloncat bangkit lagi, Sam-ok sudah mengeluarkan ilmunya yang paling diandalkan karena aneh dan tangguhnya.
Tubuhnya tiba-tiba berpusing seperti sebuah gasing dan terus berpusing, sehingga tubuh itu tidak nampak lagi. Dan dari gerakan berpusing ini dengan cepat bagaikan kilat menyambar, ada serangan-serangan mencuat yang menuju ke arah lawan. Cin Liong menggerakkan kaki tangan menangkis, akan tetapi karena pusingan tubuh lawan itu mendatangkan angin dahsyat, dan karena serangan yang mencuat dari tubuh yang berputar cepat itu sukar diikuti dengan pandangan mata, maka Cin Liong terkena sambaran pukulan yang mengarah lambungnya. Tangkisannya menyeleweng dan biarpun dia tidak terkena pukulan langsung, namun tetap saja dia terdorong sampai hampir terjengkang dan merasa betapa paha kanannya panas oleh hawa pukulan lawan. Hanya dengan melempar diri ke belakang dan berjungkir balik saja pemuda itu dapat menyelamatkan diri dan tidak sampai roboh terjengkang.
Melihat hebatnya lawan, Cin Liong tiba-tiba mendekam di atas tanah dan ketika lawan yang berpusing itu mendekatinya, mendadak pemuda itu mengeluarkan suara melengking dahsyat dan tubuhnya meluncur dari bawah dengan pukulan kedua tangan didorongkan ke depan. Itulah pukulan dari Ilmu Sin-liong Hok-te yang amat hebat dari Istana Gurun Pasir!
“Desss....!”
Karena hebatnya pukulan itu, Sam-ok mana mampu mengelak? Terpaksa dia menangkis dengan pengerahan seluruh tenaganya dan akibatnya, tubuhnya terlempar dan terbanting keras sekali! Itulah hebatnya pukulan Ilmu Sin-liong Hok-te (Naga Sakti Mendekam di Bumi). Kalau tadi Sam-ok mempergunakan tenaga lembut, tidak mempergunakan tangkisan tenaga kasar, dia pun akan celaka kalau Cin Liong juga mempergunakan tenaga Im.
Tubuh yang tinggi besar itu terguling-guling dan akhirnya dapat meloncat bangkit kembali, berdiri agak bergoyang-goyang dan di ujung bibir kakek itu nampak darah segar yang keluar dari mulutnya! Dengan bajunya, Sam-ok menghapus darah itu dan mukanya berubah merah sekali. Dia menggereng nyaring, gerengan yang keluar dari dalam perutnya saking marahnya dan tiba-tiba dia merenggut ke arah lehernya. Nampak sinar berkilauan ketika tangannya sudah memegang seuntai rantai hitam yang tadinya dipakai sebagai kalung lehernya. Rantai ini adalah untaian batu-batu hitam dari Nepal yang diuntai dengan tali baja yang amat kuat!
Jarang sekali Sam-ok mempergunakan senjata dalam perkelahian menghadapi lawan yang bagaimana pandai sekalipun. Ilmu silatnya sudah sangat tinggi, tenaga sin-kangnya amat kuatnya sehingga tanpa bantuan senjata pun dia sudah merupakan seorang yang sukar dikalahkan. Akan tetapi, sekali ini dia bertemu tanding, bahkan dia telah menderita guncangan dalam tubuh yang membuatnya terluka, maka tanpa malu-malu lagi dia mengeluarkan senjata simpanannya yang tadinya dipakainya sebagai sebuah kalung jimat!
Menurut kepercayaan tahyul di Nepal, batu-batu hitam yang dipakainya sebagai kalung itu mempunyai daya kekuatan, untuk menolak penyakit dan malapetaka. Selain itu, juga batu-batu hitam itu keras sekali dan kuat, dapat menahan senjata pusaka lawan yang bagaimanapun ampuh sekalipun.
“Trrrik.... wirr.... wirr!”
Senjata aneh itu mengeluarkan bunyi berketrik ketika digerakkan dan angin dahsyat menyambar ganas ke arah Sin Liong. Pemuda ini terkejut sekali dan mengelak, akan tetapi sinar hitam itu mengejarnya terus, terpaksa untuk menangkis, tidak berani langsung menangkis dengan lengannya karena dia belum mengenal sifat senjata lawan. Akan tetapi, biarpun lengan bajunya itu hanya merupakan kain saja, di dalam tangan pemuda ini berubah menjadi senjata penangkis yang ampuh dan kuat sekali.
Empat orang pendekar muda itu menahan senjata mereka dan Kam Hong mewakili teman-temannya, sambil melintangkan suling emas di depan dada dia pun menegur,
“Hek-i Mo-ong, engkau hendak bicara dan menggunakan kecurangan apa lagi?”
Wajah kakek itu berubah merah. Teringat dia bahwa dia pernah melukai pemuda luar biasa ini, akan tetapi hal itu dilakukannya karena dia main curang, yaitu pada saat Kam Hong melawan delapan orang muridnya, ialah Hek-i Pat-mo dan ketika pendekar ini terdesak delapan orang itu, dia turun tangan membantu murid-muridnya sehingga Kam Hong menderita luka dalam yang cukup parah.
“Bocah she Kam! Kalau memang kalian adalah orang-orang muda yang gagah perkasa dan mengaku sebagai pendekar-pendekar sakti, mari kita melakukan pertandingan satu lawan satu tanpa pengeroyokan dan tanpa mengandalkan bantuan. Kita masing-masing mengadakan pertandingan satu lawan satu sampai mati dan tidak boleh ada orang lain yang membantu. Nah, bagaimana? Apakah kalian berempat berani menyambut tantangan kami berempat?”
Kam Hong mengerutkan alisnya dan memandang kepada tiga orang kawannya. Dia melihat betapa Ci Sian, Hong Bu, dan Cin Liong mengangguk kepadanya, dan dia sendiri pun percaya sepenuhnya bahwa tiga orang muda itu cukup tangguh dan kuat untuk melawan tiga orang datuk dari Im-kan Ngo-ok maka ia pun menjawab dengan lantang,
“Baik, Hek-i Mo-ong. Kami berempat menerima tantangan kalian!”
Thio-ciangkun lalu membuat lingkaran dengan pasukannya, lingkaran yang cukup luas di pekarangan rumah itu, dan memasang obor yang cukup banyak sehingga tempat itu menjadi terang dan merupakan gelanggang pertandingan yang di pagari pasukan. Cu Kang Bu dan Yu Hwi yang sudah selesai membasmi Koa-kauwsu dan anak buahnya itu pun kini berdiri menonton dengan penuh kepercayaan terhadap empat orang muda yang sakti itu, hanya Cu Pek In yang mengerutkan alisnya dan merasa khawatir.
“Bagus! Kami akan mengajukan jago pertama kali. Sam-ok, majulah!” kata Hek-i Mo-ong.
Sam-ok Ban Hwa Sengjin, bekas Koksu Nepal yang nama aselinya Lakshapadma itu segera melangkah maju ke tengah lapangan. Dia pun maklum bahwa jalan keluar tidak ada, maka tindakan Hek-i Mo-ong itu dianggapnya tepat. Hanya melalui pertandingan perorangan maka mereka memperoleh kesempatan untuk lolos, asal dapat memenangkan lawan. Dan bagaimana pun lihainya, empat orang lawan itu hanyalah orang-orang muda yang tentu masih jauh kurang pengalamannya dibandingkan dengan mereka berempat.
Dia maju dengan tenang. Kakek raksasa yang kepalanya botak ini nampak gagah dengan mantelnya yang merah, dan kini dia menanggalkan mantel merahnya dan melemparkan mantel itu kepada Ji-ok. Dia sendiri dengan kedua kaki terpentang lebar, kedua lututnya agak ditekuk dan kedua lengannya membuat silang di depan dada, yang kanan miring di depan dahi, yang kiri miring di depan dada, sikapnya seperti seorang pendeta sedang melakukan sembahyang dengan sikap aneh.
“Biar aku yang menghadapi tua bangka Nepal ini!” kata Kao Cin Liong dan majunya Cin Liong melegakan hati Kam Hong.
Dibandingkan dengan Cin Liong, mungkin sumoinya masih kalah, dan biarpun di pihak musuh Sam-ok merupakan orang terakhir, namun dia tahu bahwa bekas Koksu Nepal ini mempunyai banyak tipu muslihat sehingga kalau Ci Sian yang melayani dia, hal itu amat berbahaya. Berbeda kalau Cin Liong yang menyambut kakek itu, karena biarpun masih muda, namun Cin Liong juga seorang yang memiliki banyak pengalaman dan mengenal banyak siasat-siasat licik pihak musuh.
“Baiklah, Saudara Kao Cin Liong. Kau lawan Sam-ok dan hati-hatilah terhadap akal busuk!” kata Kam Hong.
Cin Liong melangkah maju dengan tenang. Di bawah sinar obor yang banyak dinyalakan itu, pemuda ini nampak tegap dan gagah perkasa sekali. Wajahnya yang bundar itu nampak halus dan tampan, sepasang matanya yang lebar bersinar-sinar dan tahi lalat kecil di bawah telinga kirinya itu menambah kewibawaannya. Ketenangan pemuda ini nampak pada senyumnya, seolah-olah dia sama sekali tidak merasa jerih menghadapi lawan yang sudah amat tersohor karena kelihaiannya ini.
Masih begitu muda sudah memperoleh kepercayaan Kaisar, maka dapat dibayangkan betapa hebatnya pemuda ini. Sam-ok juga merasa agak terkejut ketika melihat bahwa jenderal muda itu yang maju. Dia tahu akan kelihaian pemuda ini. Baru mengingat bahwa pemuda ini adalah putera tunggal dari Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir saja sudah membuat dia menjadi agak ngeri. Akan tetapi, dia segera dapat mengusir perasaan ini dengan keyakinan akan kepandaian sendiri.
Betapapun juga, pemuda ini bukanlah Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir, pikirnya, melainkan seorang yang masih muda dan tentu masih hijau pula dalam pengalaman.
“Ha-ha-ha!” Sam-ok tertawa bergelak untuk membesarkan hati. “Inikah Jenderal Muda Kao Cin Liong yang terkenal itu? Ha-ha, orang muda, sudah rela benarkah engkau untuk mati konyol maka engkau berani melawanku?”
“Ban Hwa Sengjin! Engkau telah berdosa terhadap pemerintah dan negara ketika engkau menjadi Koksu Nepal, dan engkau berdosa terhadap rakyat ketika engkau menjadi Sam-ok. Dosamu sudah terlampau bertumpuk, terlampau banyak maka sudah sewajarnyalah kalau sekarang engkau menerima hukuman dari tanganku sendiri! Majulah!”
Sebelum maju tadi Cin Liong telah menitipkan pedangnya kepada Hong Bu dan kini dia menghadapi lawan dengan tangan kosong. Dia tahu bahwa Sam-ok adalah seorang yang memiliki ilmu silat yang sudah agak tinggi tingkatnya maka datuk ini tidak lagi mengandalkan senjata. Dan karena dia sendiri pun murid ayah kandungnya yang memiliki ilmu silat tangan kosong pula, maka dia menghadapi lawan dengan tangan kosong. Dia berdiri tegak lurus, mula-mula kedua lengannya tergantung lurus di kanan kiri, lalu diangkatnya sampai ke pinggang dengan jari-jari terbuka dan ibu jari ditekuk ke telapakan, perlahan-lahan lengannya diangkat ke atas lalu setelah sampai di atas kepala ditarik ke bawah sambil mengerahkan tenaga sin-kang. Kedua lengannya itu nampak tergetar halus, dan kini tubuhnya penuh dengan saluran sin-kang yang dahsyat!
Sam-ok mengeluarkan suara menggereng dan karena gerengan ini mengandung getaran tenaga khi-kang yang amat kuat, maka para perajurit yang mengepung tempat itu untuk nonton perkelahian itu menjadi terkejut dan tubuh mereka menggigil. Sam-ok menyusul gerengannya ini dengan terjangan dahsyat, kedua lengannya yang panjang dan besar itu bergerak cepat dan tahu-tahu dia telah mengirim serangan beruntun sampai empat kali, memukul dengan kedua tangan dari atas ke bawah disusul cengkeraman dari kanan kiri.
Cin Liong juga bergerak cepat, kedua lengannya sudah menangkis dua pukulan pertama dan menghadapi cengkeraman dari kanan kiri itu dia meloncat ke belakang sambil membalik dan tiba-tiba saja tubuhnya berputar dan dia pun sudah membalas dengan sebuah tendangan kilat yang mengarah dagu lawan. Ketika Sam-ok menggerakkan tangan hendak menangkap kaki yang menendangnya, Cin Liong menarik kembali kakinya dan tubuhnya meluncur ke depan, tangan kanan menotok ke arah pusar dan tangan kiri mencengkeram ke arah ubun-ubun kepala botak itu! Dia telah mulai menggunakan jurus-jurus dari Ilmu Silat Sin-liong Ciang-hoat yang hebat. Karena dia tahu bahwa lawannya adalah seorang yang lihai, maka pemuda ini tidak mau membuang waktu dengan mengeluarkan ilmu silat lain, melainkan langsung mengeluarkan ilmu ciptaan kakek gurunya, yaitu Si Dewa Bongkok itu.
Sesungguhnya Ilmu Sin-liong Ciang-hoat asalnya adalah ilmu ciptaan Dewa Bongkok yang khas, yaitu untuk seorang yang berlengan tunggal. Akan tetapi Kao Kok Cu, Si Naga Sakti Gurun Pasir telah menyempurnakan ilmu tangan kosong ini untuk puteranya, sehingga kini yang dikuasai oleh Kao Cin Liong adalah ilmu silat tangan kosong yang cocok untuk di mainkan oleh seorang yang berlengan utuh, walaupun dasarnya masih ilmu aseli.
Justeru karena dasarnya adalah ilmu silat yang tadinya diperuntukkan seorang yang berlengan buntung, maka setelah kini dimainkan oleh Cin Liong, gerakan-gerakannya amat aneh dan tak dapat diduga-duga oleh musuh. Kadang-kadang pemuda itu hanya menggerakkan tangan kanannya saja, dan tangan kirinya bergantung mati, akan tetapi pada detik-detik yang sama sekali tidak disangka oleh lawan, tiba-tiba saja tangan kirinya bergerak mengirim serangan susulan, serangan maut yang amat dahsyat, lebih dahsyat daripada serangan-serangan tangan kanannya!
Biarpun Sam-ok seorang yang tinggi ilmunya, namun menghadapi ilmu silat ini dia merasa bingung juga sehingga setelah lewat lima puluh jurus, dia kurang cepat mengelak dan tamparan tangan kiri yang tadinya tergantung mati itu sempat mengenai pundak kanannya, membuat tubuh yang tinggi besar itu terhuyung ke belakang. Sam-ok meloncat untuk mengatur keseimbangan badannya dan mulutnya menyeringai menahan rasa nyeri yang membuat separuh tubuhnya sebelah kanan seperti lumpuh sejenak.
“Haiiiikkk!” Tiba-tiba Sam-ok menubruk ke depan.
Cin Liong mengelak dengan loncatan ke kiri, akan tetapi tiba-tiba dari lengan baju yang lebar itu meluncur sinar-sinar hitam yang lembut menuju ke seluruh tubuh Cin Liong dari atas ke bawah! itulah jarum-jarum rahasia beracun yang dilepas dari jarak dekat sekali!
Dan ini merupakan satu di antara kecurangan-kecurangan Sam-ok. Akan tetapi, sejak tadi Cin Liong memang sudah waspada terhadap serangan gelap, maka begitu melihat sinar hitam menyambar dia sudah meloncat tinggi sehingga semua jarum lewat di bawah kakinya. Cin Liong bukan sembarangan meloncat, melainkan meloncat ke depan dan kini dari atas dia terjun menyerang ke arah kepala lawan dengan menggunakan kedua kakinya!
Sam-ok terkejut bukan main. Tak disangkanya bahwa pemuda itu selain dapat menghindarkan semua jarumnya, juga memiliki gin-kang sedemikian hebatnya sehingga sambil mengelak kini bahkan langsung menyerang. Cepat dia secara terpaksa menggulingkan tubuhnya ke atas tanah sehingga serangan dari atas itu pun tidak mengenai sasaran dan begitu dia meloncat bangkit lagi, Sam-ok sudah mengeluarkan ilmunya yang paling diandalkan karena aneh dan tangguhnya.
Tubuhnya tiba-tiba berpusing seperti sebuah gasing dan terus berpusing, sehingga tubuh itu tidak nampak lagi. Dan dari gerakan berpusing ini dengan cepat bagaikan kilat menyambar, ada serangan-serangan mencuat yang menuju ke arah lawan. Cin Liong menggerakkan kaki tangan menangkis, akan tetapi karena pusingan tubuh lawan itu mendatangkan angin dahsyat, dan karena serangan yang mencuat dari tubuh yang berputar cepat itu sukar diikuti dengan pandangan mata, maka Cin Liong terkena sambaran pukulan yang mengarah lambungnya. Tangkisannya menyeleweng dan biarpun dia tidak terkena pukulan langsung, namun tetap saja dia terdorong sampai hampir terjengkang dan merasa betapa paha kanannya panas oleh hawa pukulan lawan. Hanya dengan melempar diri ke belakang dan berjungkir balik saja pemuda itu dapat menyelamatkan diri dan tidak sampai roboh terjengkang.
Melihat hebatnya lawan, Cin Liong tiba-tiba mendekam di atas tanah dan ketika lawan yang berpusing itu mendekatinya, mendadak pemuda itu mengeluarkan suara melengking dahsyat dan tubuhnya meluncur dari bawah dengan pukulan kedua tangan didorongkan ke depan. Itulah pukulan dari Ilmu Sin-liong Hok-te yang amat hebat dari Istana Gurun Pasir!
“Desss....!”
Karena hebatnya pukulan itu, Sam-ok mana mampu mengelak? Terpaksa dia menangkis dengan pengerahan seluruh tenaganya dan akibatnya, tubuhnya terlempar dan terbanting keras sekali! Itulah hebatnya pukulan Ilmu Sin-liong Hok-te (Naga Sakti Mendekam di Bumi). Kalau tadi Sam-ok mempergunakan tenaga lembut, tidak mempergunakan tangkisan tenaga kasar, dia pun akan celaka kalau Cin Liong juga mempergunakan tenaga Im.
Tubuh yang tinggi besar itu terguling-guling dan akhirnya dapat meloncat bangkit kembali, berdiri agak bergoyang-goyang dan di ujung bibir kakek itu nampak darah segar yang keluar dari mulutnya! Dengan bajunya, Sam-ok menghapus darah itu dan mukanya berubah merah sekali. Dia menggereng nyaring, gerengan yang keluar dari dalam perutnya saking marahnya dan tiba-tiba dia merenggut ke arah lehernya. Nampak sinar berkilauan ketika tangannya sudah memegang seuntai rantai hitam yang tadinya dipakai sebagai kalung lehernya. Rantai ini adalah untaian batu-batu hitam dari Nepal yang diuntai dengan tali baja yang amat kuat!
Jarang sekali Sam-ok mempergunakan senjata dalam perkelahian menghadapi lawan yang bagaimana pandai sekalipun. Ilmu silatnya sudah sangat tinggi, tenaga sin-kangnya amat kuatnya sehingga tanpa bantuan senjata pun dia sudah merupakan seorang yang sukar dikalahkan. Akan tetapi, sekali ini dia bertemu tanding, bahkan dia telah menderita guncangan dalam tubuh yang membuatnya terluka, maka tanpa malu-malu lagi dia mengeluarkan senjata simpanannya yang tadinya dipakainya sebagai sebuah kalung jimat!
Menurut kepercayaan tahyul di Nepal, batu-batu hitam yang dipakainya sebagai kalung itu mempunyai daya kekuatan, untuk menolak penyakit dan malapetaka. Selain itu, juga batu-batu hitam itu keras sekali dan kuat, dapat menahan senjata pusaka lawan yang bagaimanapun ampuh sekalipun.
“Trrrik.... wirr.... wirr!”
Senjata aneh itu mengeluarkan bunyi berketrik ketika digerakkan dan angin dahsyat menyambar ganas ke arah Sin Liong. Pemuda ini terkejut sekali dan mengelak, akan tetapi sinar hitam itu mengejarnya terus, terpaksa untuk menangkis, tidak berani langsung menangkis dengan lengannya karena dia belum mengenal sifat senjata lawan. Akan tetapi, biarpun lengan bajunya itu hanya merupakan kain saja, di dalam tangan pemuda ini berubah menjadi senjata penangkis yang ampuh dan kuat sekali.
0 Response to "Suling Emas & Naga Siluman Jilid 195"
Posting Komentar