Suling Emas & Naga Siluman Jilid 199

Dia masih bangkit, menggereng-gereng dan dengan kedua tangannya, dia memegang gagang pedang pusaka itu dan mencabutnya dengan pedang masih di tangan! Dia tewas dalam keadaan penasaran dan pedang lawan masih digenggamnya, mukanya masih memperlihatkan kebengisan.

Dengan hati-hati Hong Bu menghampiri, khawatir kalau-kalau orang jahat itu menjebaknya dan pura-pura pingsan atau mati. Akan tetapi ternyata ketika dia merampas pedangnya, pedang itu dengan mudah berpindah tangan dan dengan kakek itu terkulai lemas dan ketika diperiksa, ternyata lawannya itu telah tewas.

Melihat ini, para pasukan, seperti juga ketika tadi ketika menyambut kemenangan Cin Liong dan kemudian Ci Sian, bersorak dan memuji. Sebaliknya Hek-i Mo-ong memandang kepada mayat Toa-ok dengan mata pucat dan mata terbelalak. Tiga orang pembantunya atau sekutunya telah tewas semua dan kini hanya tinggal dia seorang diri!

Kam Hong sudah melangkah maju dan memandangnya sambil tersenyum akan tetapi sinar matanya penuh tantangan.

“Hek-i Mo-ong, kini tiba giliran kita untuk menentukan siapa di antara kita berdua yang berhak untuk hidup!”

Akan tetapi tiba-tiba kakek raksasa yang rambutnya sudah putih dan pakaiannya serba hitam itu mengeluarkan suara menggeram parau yang aneh, akan tetapi suara ini mengandung pengaruh yang amat berwibawa dan semua orang yang ada di situ tergetar hatinya dan memandang dengan kaget dan gentar. Nampak sinar merah ketika kakek itu sudah mengeluarkan sebatang kipas merah yang sudah dikembangkan, matanya berapi-api memandang kepada Kam Hong, lalu terdengar suaranya yang parau menggetar.

“Orang she Kam! Kaukira akan dapat melawanku? Ha-ha-ha-ha, lihat baik-baik, kalian semua, ha-ha-ha-ha!”

Kam Hong maklum bahwa kakek ini mempunyai kekuatan sihir, maka dia pun sudah siap dan mengerahkan kekuatan batin untuk melawannya. Akan tetapi, tetap saja dia terbelalak, seperti semua orang lain yang berada di situ, melihat betapa kakek raksasa berjubah hitam itu tiba-tiba saja, perlahan-lahan, berubah menjadi besar dan tinggi, sampai tiga meter tingginya dan suara ketawanya makin lama makin nyaring bergema!

Jenderal Muda Kao Cin Liong juga terkejut dan pemuda perkasa ini maklum bahwa kakek yang pandai ilmu silat itu berbahaya sekali, maka dia pun cepat memberi aba-aba kepada pasukan.

“Kepung tempat ini, jangan biarkan iblis itu melarikan diri!”






Dengan panik karena mereka merasa ketakutan, para penjaga keamanan itu segera melakukan pengepungan. Sementara itu, Kam Hong sudah mencabut sulingnya dan terdengar suara melengking lembut sekali ketika pemuda perkasa ini menyerang raksasa itu dengan suling emasnya.

“Blarrrr....!”

Raksasa yang dihantamnya dengan suling itu seperti meledak dan lenyap dalam asap hitam tebal.

“Ha-ha-ha-ha!” Suara ketawa Hek-i Mo-ong kini terdengar di sebelah belakang Kam Hong.

Ci Sian juga sudah mencabut sulingnya dan kembali terdengar suling melengking ketika gadis ini pun menerjang maju, menyerang kakek itu yang berada di belakang Kam Hong.

Baru mereka tahu bahwa raksasa tinggi besar tadi hanyalah jadi-jadian saja, hasil ilmu hitam kakek itu. Akan tetapi, terpaksa Ci Sian mundur lagi ketika dari tempat dia berdiri, kakek itu sudah menggerakkan tangan ke arahnya dan tiba-tiba saja terdengar ledakan di depan Ci Sian dan asap hitam menggelapkan segalanya.

“Sian-moi, hati-hati....!”

Kam Hong berseru ketika melihat dara itu terhuyung ke belakang. Dia cepat meloncat mendekati dan menyambar tangan dara itu. Akan tetapi Ci Sian tidak terluka hanya terkejut saja dan terhuyung karena terkejut oleh ledakan dan asap. Suara ketawa itu masih terdengar terus, disusul dengan ledakan-ledakan yang mengeluarkan asap hitam.

“Cegah dia lari!”

Kam Hong berseru. Juga Hong Bu bersama Ci Sian yang pernah melawan kakek ini dan melihat betapa kakek ini dapat melarikan diri dengan bantuan asap-asap hitam, sudah cepat meloncat ke sana-sini untuk mencari kakek itu dan mencegahnya melarikan diri.

Akan tetapi, ledakan-ledakan masih berbunyi dan asap semakin tebal. Di antara gumpalan asap hitam itu, terdengar suara ketawa Hek-i Mo-ong, disusul suaranya yang parau,

“Biarlah sekali ini aku mengaku kalah. Akan tetapi tunggu saja kalau Hek-i Mo-ong sudah mengumpulkan kembali kekuatannya. Ha-ha-ha!”

Suara ketawa itu semakin jauh dan biarpun para pendekar, termasuk Cu Kang Bu dan Yu Hwi, mencari dan mengejar, usaha mereka tidak berhasil dan setelah asap hitam bergumpal-gumpal itu membuyar, kakek itu pun tidak nampak lagi dan tidak meninggalkan jejak. Untuk kedua kalinya, dalam keadaan terdesak, kakek yang memiliki ilmu iblis itu telah dapat meloloskan diri.

Kam Hong menarik napas panjang.
“Ah, sukar memang menghadapi ilmu hitamnya. Dan selama Hek-i Mo-ong masih berkeliaran dengan bebas dipermukaan bumi ini, tentu dia hanya akan menyebar kejahatan belaka.”

“Betapapun juga, Kam-taihiap telah berhasil membasmi sisa dari Im-kan Ngo-ok dan ini merupakan hasil gemilang,” kata Cin Liong.

“Kenapa aku? Yang membasmi adalah termasuk engkau pula, Saudara Kao. Dan memang, kalau para pendekar muda mau bersatu, kiranya orang-orang jahat akan menerima hajaran keras dan mereka tidak akan berani merajalela secara semena-mena.”

Thio-ciangkun, komandan pasukan itu, lalu mengerahkan pasukannya untuk membuat pembersihan, mengangkut mayat-mayat dan menangkapi sebagian dari anak buah guru silat Koa Cin Gu yang tadi melempar senjata dan menyerahkan diri.
Para pendekar muda itu bercakap-cakap, saling mengagumi kepandaian masing-masing.

Hati Kam Hong merasa girang dan juga kagum sekali kepada Sim Hong Bu dan Kao Cin Liong. Biarpun dua orang pemuda itu belum lama berselang telah menderita pukulan batin dengan penolakan Ci Sian atas pinangan mereka, namun kini sikap mereka sama sekali tidak berubah, tidak memperlihatkan penyesalan atau kekecewaan hati, seperti sikap seorang sahabat karib yang tidak pernah terjadi sesuatu yang tidak baik di antara mereka.

Juga Cu Kang Bu merasa kagum sekali pada mereka. Sejak muda dia banyak bersembunyi di lembah dan kini baru dia mengenal para pendekar yang benar-benar amat mengagumkan hatinya dan diam-diam dia pun merasa betapa keluarganya keluarga Cu, selama ini merasa bahwa merekalah yang paling pandai sehingga mereka itu menjadi agak angkuh dan memandang rendah orang lain. Kini, semua perasaan penasaran terhadap Kao Cin Liong dan Kam Hong yang pernah dianggap musuh oleh keluarganya itu, lenyap dari dalam hatinya.

Yu Hwi juga girang sekali. Kini dengan terjadinya peristiwa itu, di mana mereka semua berkumpul sebagai sahabat-sahabat baik yang saling bantu, ia dapat memandang wajah Kam Hong, bekas tunangannya itu, dengan sinar mata terbuka, memandangnya sebagai seorang sahabat baik yang berilmu tinggi dan tidak ada perasaan lain yang tidak baik tersisa di dalam hatinya terhadap bekas tunangannya ini.

Bahkan Cu Pek In sendiri pun berubah, dan dara ini pun mengagumi Cin Liong, Kam Hong, dan Ci Sian, yang bagaimanapun juga telah menyelamatkan keluarganya, bahkan dengan cara yang mati-matian, mengadu ilmu dengan tokoh-tokoh sesat yang amat lihai.

Kini, mendengar akan pertunangan antara Sim Hong Bu dan Cu Pek In, Ci Sian adalah orang pertama yang memberi hormat.

“Kionghi (Selamat), kionghi atas pertalian jodoh antara kalian Pek In dan Hong Bu!”

Cu Pek In menjadi merah mukanya dan ia mengucapkan terima kasih sambil menundukkan mukanya. Juga wajah Hong Bu menjadi merah sekali, akan tetapi dia membalas penghormatan Ci Sian dan berkata sambil tersenyum,

“Terima kasih, Ci Sian. Dan kami pun mengharapkan agar segera menerima undangan kartu merahmu!”

“Ha, tidak perlu menanti lama. Tentu sebentar lagi Kam-taihiap akan mengirim kartu merahnya!”

Mendengar ini, Ci Sian mengerling kepada jenderal muda itu dan Kam Hong hanya tersenyum, sedangkan Hong Bu diam-diam merasa kaget sekali, lalu dia mendekati Kam Hong dan memegang tangan pendekar itu.

“Ah, betapa buta mataku.... eh, selamat, Kam-taihiap, sungguh mati, berita ini merupakan berita yang amat mengejutkan dan menggembirakan hatiku!”

Kam Hong merasa tidak enak terhadap Cin Liong. Bekas tunangannya, Yu Hwi, telah mendapatkan seorang suami yang gagah perkasa seperti Cu Kang Bu itu, dan Hong Bu juga sudah memperoleh jodoh, yaitu Nona Cu Pek In yang cukup jelita dan gagah, sedangkan dia sendiri saling mencinta dengan Ci Sian. Akan tetapi, hanya Kao Cin Liong seoranglah yang masih belum memperoleh ganti setelah dia tidak berhasil berjodoh dengan Ci Sian. Agaknya semua orang juga merasakan hal ini, maka Kam Hong lalu berkata,

“Dan bagaimana denganmu sendiri, Jenderal? Kapan kiranya kami semua akan dapat diperkenalkan kepada calon nyonya Jenderal?”

Ucapan Kam Hong ini, kalau orang lain yang mengucapkan, tentu merupakan kata-kata yang mengandung bahaya, dapat disangkanya sebagai ejekan. Akan tetapi, cara Kam Hong mengucapkannya, dan pandang matanya, sama sekali tidak mengandung ejekan, melainkan merupakan kelakar yang mengandung kesungguhan. Wajah Cin Liong menjadi merah, akan tetapi jenderal muda itu pun tertawa gembira.

“Ha-ha-ha, kalian tunggu saja! Masa aku kalah oleh kalian? Lihat saja nanti, masa di dunia ini tidak ada gadis yang mau menjadi sisihanku? Kalian semua pasti akan menerima undanganku, dan mudah-mudahan tidak akan terlalu lama lagi.”

Setelah bercakap-cakap dengan hati tulus dan dalam suasana gembira, akhirnya mereka semua saling berpisah. Sim Hong Bu bersama Cu Pek In, Cu Kang Bu dan Yu Hwi kembali ke barat, ke Lembah Naga Siluman di daerah Himalaya di mana mereka segera pergi menghadap kepada Cu Han Bu dan Cu Seng Bu yang kini bertapa mengasingkan diri, untuk membuat semua laporan. Juga Sim Hong Bu melaporkan tentang tugas-tugas yang diberikan kepadanya oleh gurunya. Mendengar semua penuturan itu, Cu Han Bu menarik napas panjang.

“Kalau pedang pusaka kita itu oleh Kaisar yang baru sudah direlakan kepada kita, tentu saja hal itu baik sekali dan kita harus berterima kasih kepada Sri Baginda Kaisar yang bijaksana. Dan bagaimanapun juga, engkau telah mengadu ilmu melawan putera Naga Sakti Gurun Pasir, juga dengan pewaris Suling Emas, sehingga dunia tidak akan memandang rendah kepada Pedang Pusaka Naga Siluman.”

Kemudian kakek ini lalu merundingkan tentang perjodohan puterinya dengan Hong Bu yang akan dilakukan secepat mungkin dengan mengundang sahabat-sahabat baik saja ke lembah.

Adapun Kam Hong dan Ci Sian, dua orang pewaris Ilmu Pedang Suling Emas, meninggalkan tempat itu dan pergi menuju ke Puncak Bukit Nelayan, tempat indah di lereng Tai-hang-san di tepi sungai itu, di mana mereka tinggal berdua dan untuk mengesahkan pernikahan mereka, dua orang ini, atas bujukan Kam Hong, lalu pergi menghadap keluarga Bu Seng Kin yang kini menetap di Cin-an.

Tentu Bu Seng Kin merasa girang sekali melihat betapa puterinya mau menganggapnya sebagai ayah dan dengan terharu dia pun memberi doa restunya, bahkan keluarga Bu ini pula yang merayakan pernikahan ganda antara puterinya Bu Ci Sian dengan Kam Hong, dan antara Siok Lan dengan Cia Han Beng. Perayaan itu meriah sekali, dikunjungi oleh para tokoh besar dunia kang-ouw, terutama sekali para pendekar patriot, kemudian, sebagai suami isteri, Kam Hong bersama Ci Sian tinggal di puncak Bukit Nelayan, di istana kuno bekas tempat tinggal Sai-cu Kai-ong Yu Kong Tek.

Bagaimana dengan Kao Cin Liong, jenderal muda yang gagal dalam bercinta itu? Dia tidak patah hati, bahkan dia merasa bergembira sekali melihat dara yang dicintanya itu berjodoh dengan Kam Hong, seorang pendekar yang amat dikagumi. Pendekar muda putera tunggal Naga Sakti Gurun Pasir ini terlalu gagah untuk mudah begitu saja patah hati seperti seorang yang cengeng.

Bagaimana perjalanan Cin Liong selanjutnya akan diceritakan oleh pengarang dalam cerita lain. Karena cerita ini sesungguhnya dimaksudkan untuk menceritakan tentang pewaris Suling Emas dan Pedang Naga Siluman, maka akan terlalu panjanglah kalau digabungkan dengan cerita tentang para pendekar ini, terutama dengan kehidupan para pendekar keturunan Pulau Es.

Cerita tentang para pendekar Pulau Es akan disusun dalam sebuah cerita lain oleh pengarang dalam kesempatan mendatang. Sebagai akhir kalimat, pengarang hanya mengharapkan semoga cerita ini seperti cerita-cerita yang lain dapat menghibur hati para pembaca dan ada pula bagian-baglan yang mengandung manfaat bagi kesadaran kita bersama dalam kehidupan yang serba rumit ini.

T A M A T

Suling Emas & Naga Siluman







Related Posts:

0 Response to "Suling Emas & Naga Siluman Jilid 199"

Posting Komentar